Senin, 21 Desember 2009

Menanggapi Kasus Menkeu Sri Mulyani

Kamis, 17 Desember 2009
Andai Sri Mulyani Harus Diganti
Oleh: P.M. Erza Killian *)

KITA menginginkan negara melakukan fungsi melindungi kita. Namun, ternyata negara berkhianat dan justru memeras rakyatnya sendiri. Jangan lupa, apakah itu pasar bebas atau negara, mereka bisa menciptakan keadaan negatif kalau tanpa dicek... (Sri Mulyani Indrawati, 2009).

Karir Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati semakin berada di ujung tanduk. Setelah rakyat dan beberapa partai besar beramai-ramai mendesak Sri Mulyani dan Boediono dinonaktifkan selama masa penyelidikan Pansus Century, Sri Mulyani kembali menjadi musuh publik. Itu terjadi sesudah muncul rekaman percakapan yang ditengarai sebagai dialog antara dia dan Robert Tantular untuk "mengondisikan" proses bailout Bank Century.

Masalah yang terus-menerus muncul dan menyudutkan Sri Mulyani itu sangatlah mungkin menuju pada pencopotan dia sebagai Menkeu. Sangat tragis jika karir salah seorang menteri keuangan terhebat yang pernah dimiliki Indonesia tersebut harus berakhir dengan citra negatif.

Kepercayaan Internasional

Sri Mulyani adalah salah seorang tokoh utama dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia selama minimal empat tahun terakhir. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia mengakumulasi cadangan devisa tertinggi yang pernah diraih, yakni USD 50 miliar. Juga, berhasil mengurangi angka utang publik secara signifikan sehingga meningkatkan kredibilitas Indonesia di mata internasional dan investor asing.

Sebagai individu, Sri Mulyani juga berhasil memperoleh pengakuan dan kepercayaan internasional dengan berada di posisi ke-23 dalam daftar 100 wanita paling berpengaruh di dunia versi majalah Forbes pada 2008. Dia pun menjadi menteri keuangan terbaik dunia versi beberapa majalah regional dan internasional.

Dengan berbagai pencapaian dan kebijakannya, Sri Mulyani berhasil mengembalikan kepercayaan internasional terhadap perekonomian Indonesia dan meningkatkan kepercayaan investor asing hanya dalam kurun waktu empat tahun. Satu hal yang mungkin tidak akan dapat dicapai dengan mudah oleh pendahulu-pendahulunya.

Peran besar Sri Mulyani juga diakui oleh beberapa pelaku bisnis dan pengamat ekonomi internasional. Mereka menyatakan bahwa salah satu kunci utama keberhasilan perekonomian Indonesia dalam kurun waktu empat tahun terakhir adalah kepercayaan pasar internasional yang cukup besar terhadap tim ekonomi Indonesia yang dikendalikan oleh Sri Mulyani.

Sri Mulyani juga tokoh yang secara internasional dianggap paling berjasa dalam menyelamatkan Indonesia dari krisis ekonomi global pada 2008 dan bahkan sanggup tetap mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 4,9 persen, angka pertumbuhan tertinggi di kawasan Asia Tenggara (Global Post, 2009). Selama kurun waktu kepemimpinannya, Sri Mulyani tidak hanya berhasil menumbuhkan kepercayaan dunia internasional yang sangat besar terhadap ekonomi Indonesia, tapi juga menciptakan kepercayaan dan ketergantungan dunia internasional terhadap dirinya dan kebijakan yang dibuatnya. Dapat dikatakan, Sri Mulyani adalah salah satu "jaminan" bagi kepercayaan dunia internasional atas kinerja ekonomi kita. Suatu peran berat yang akan sulit diikuti oleh para penerusnya.

PR Berat Pemerintah

Skandal yang melibatkan Sri Mulyani menyisakan PR yang sangat berat bagi pemerintah. Tidak saja bahwa pemerintah kembali menghadapi krisis kepercayaan dari dalam negeri, pemerintah juga sangat berpotensi menghadapi krisis kepercayaan dari dunia internasional. Akan sangat sulit menemukan orang yang dapat dengan cepat dan tepat menggantikan posisi Sri Mulyani di perekonomian kita dan tetap mempertahankan kepercayaan internasional atas kinerja perekonomian kita. Seperti yang dikemukan oleh David Fernandez, kepala bidang penelitian ekonomi Asia J.P. Morgan, tidak akan mudah menutup credibility gap yang akan muncul jika Sri Mulyani benar-benar berhenti.

Dengan kredibilitas yang dimilikinya, Sri Mulyani adalah salah satu "jaminan" yang dilihat oleh dunia internasional. Namun, di sisi lain, pemerintah Indonesia pun tidak akan mungkin membiarkan skandal Century yang ditengarai melibatkan Sri Mulyani lepas begitu saja karena berpotensi menghasilkan ketidakstabilan politik dan ekonomi.

Bagaimanapun hasil akhirnya nanti, dilema besar sedang dihadapi pemerintah. Jika pun Sri Mulyani sebenarnya tidak bersalah dan hanya menjadi korban, itu sudah sangat sulit dibuktikan di tengah pengadilan rakyat yang semakin marak. Melihat tren politik yang ada, sangat mungkin karir Sri Mulyani akan segera berakhir.

Jika nanti Sri Mulyani memang benar-benar diberhentikan, pemerintah harus segera memutar otak untuk mencari pengganti yang sekelas Sri Mulyani. Namun, itu jelas bukan hal yang mudah. Kepercayaan internasional atas kinerja Sri Mulyani adalah sesuatu yang dibangun selama bertahun-tahun. Karena itu, kita mungkin akan melihat penurunan kepercayaan (confidence) dari dunia internasional terhadap perekonomian kita.

Bagaimanapun, keadilan harus tetap ditegakkan. Jika Sri Mulyani memang bersalah, Indonesia tetap harus mengambil risiko demi sebuah keadilan. Sangat disayangkan bahwa skandal ini justru harus menimpa seorang menteri yang dulu dengan lantangnya mengatakan bahwa, "Saya ingin menjadi bagian dari pemerintah yang dipercaya oleh masyarakat. Saya tahu itu tidaklah mudah. Tapi, prinsip itu telah menjadi dasar bagi keputusan-keputusan yang saya ambil." Apakah prinsip tersebut masih berlaku ataukah hanya tinggal retorika belaka?

Sangat mungkin kita akan segera memasuki babak baru dalam perekonomian kita. Era ekonomi Indonesia tanpa Sri Mulyani. Pertanyaannya, mampukah Indonesia bertahan dan melepaskan diri dari bayang-bayang Sri Mulyani? (*)

*) Penulis adalah staf pengajar di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Brawijaya, Malang


Blogger:

Dari apa yang telah dicapai oleh Sri Mulyani, saya rasa akan sulit sekali bagi Indonesia khususnya untuk kembali mendapatkan kredibilitasnya didunia internasional. Mungkin masyarakat umum tidak terlalu merisaukannya, karena sesungguhnya masyarakat Indonesia kebanyakan kurang peduli terhadap hal-hal seperti kredibilitas negaranya dimata dunia. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah terlalu jenuh dan susah dengan beban yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas pemerintah untuk mencari jalan keluar dan mencari orang sekelas Sri Mulyani untuk mempertahankan kredibilitasnya dimata dunia. Negara ini akan selalu ada dalam bayang-bayang Sri Mulyani apabila pemerintah kehilangan kepercayaan dunia internasional selepas pe-nonaktif-an Sri Mulyani.

Minggu, 20 Desember 2009

Telaah Buku Konsolidasi Demokrasi


Telaah Buku “KONSOLIDASI DEMOKRASI” oleh

Diterbitkan oleh : Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi
d/a. Friedrich-Naumann-Stiftung
Jl. Rajasa II No. 7
Jakarta 12110
Telepon : 62-21-7256012; 7256013
Telefaks: 62-21-7203868
Email : sekretariat@forumpolitisi.org
Situs : http//www.forum-politisi.org


Buku Konsolidasi Demokrasi merupakan hasil kerja forum politisi selama sepuluh bulan, yang terbagi dalam workshop, yang diadakan 3 minggu sekali, kemudian pertemuan kerja rutin, yang diadakan juga setiap 3 minggu sekali. Dalam setiap kegiatan Forum Politisi tersebut, selalu diundang narasumber baik dari partai politik maupun para pakar yang mempunyai kualifikasi sesuai dengan tema bahasan masing-masing kegiatan, seperti:
• Model Pengembangan Partai Politik Pro Rakyat (Syamsudin Haris, LIPI dan Hasto Kristiyanto PDI-Perjuangan)
• Partisipasi Publik dalam Politik (Effendi Ghazali, Universitas Indonesia)
• Peningkatan Pengawasan Legislatif terhadap Eksekutif (Panda Nababan, PDIP, Nusron Wahid, Partai Golkar dan Tommy Legowo, CSIS)
• Keuangan Partai Politik (Luky Djani, ICW)
• Pengelolaan Hubungan dengan Konstituen (Alvin Lie, PAN)
• Penanganan Konflik Internal Partai (Ikrar Nusa Bhakti, LIPI)
• Rekrutmen dan Pelatihan Anggota (Marzuki Darusman, Partai Golkar)
• Seleksi Kandidat dan Pimpinan Partai (Hasto Kristiyanto, PDIP dan Hermawi Taslim, PKB)
Puncak dari kegiatan Forum Politisi tahun 2005 adalah Penyelengaraan Pertemuan Nasional Forum Politisi di Hotel Hilton Jakarta, yang mana menghadirkan sekitar 240 politisi dan pengurus partai politik baik dari tingkat nasional maupun dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk menguji hasil-hasil kerja Forum Politisi, yang telah dikelompokkan menjadi 6 tema, yaitu : Keuangan Partai Politik, Hubungan dengan Konstituen, Rekrutmen Anggota dan Seleksi Kandidat, Pengembangan Struktur Internal Parpol, Konflik Internal Parpol dan Peningkatan Kinerja Parlemen.

Hasil akhir dari Pertemuan Nasional Forum Politisi inilah yang kemudian dijadikan dasar utama publikasi buku Konsolidasi Demokrasi cetakan pertama, yang telah diterbitkan pada bulan Februari 2006 lalu. Forum Politisi sangat berterima kasih sekali atas berbagai masukan, yang berupa komentar, saran dan kritik dari para pembaca, antara lain: tata letak yang kurang baik, gambar logo partai yang kurang lengkap, kurang lengkapnya pemuatan tentang kerja Forum Politisi, dll.

Di luar masukan tentang kekurangan pada penerbitan buku Konsolidasi Demokrasi cetakan pertama, juga terdapat input-input tentang pentingnya substansi buku tersebut disosialisasikan lebih luas dikalangan masyarakat, terutama di kalangan politisi dan pengurus partai politik di berbagai tingkatan. Permintaan untuk dikirimkan buku Konsolidasi Demokrasi terus masuk ke Sekretariat Forum Politisi, sementara buku cetakan pertama sebanyak 3000 eksemplar telah habis didistribusikan.

Berangkat dari kenyataan di atas dan adanya dukungan dana dari Kementerian Luar Negeri Jerman melalui Kedutaan Jerman di Indonesia dan Friedrich Naumann Stiftung Jakarta lagi, maka Forum Politisi menerbitkan cetakan kedua buku ini.
Cetakan kedua buku Konsolidasi Demokrasi ini tidak hanya mempunyai penampilan sampul luar dan tata letak yang berbeda dari cetakan pertama, melainkan buku cetakan kedua ini dilengkapi dengan ringkasan hasil kerja dan ringkasan hasil-hasil studi Forum Politisi, yang kami anggap signifikan dengan isi buku, seperti :

1. Ringkasan Hasil Studi tentang Parlemen :

• Struktur DPR yang Merespon Peran dan Fungsi Lembaga Perwakilan Rakyat
Oleh Bivitri Susanti, Binziad Kadafi, Reny Rawasita Pasaribu, November 2005
• Pemetaan Masalah Parlemen – Ditinjau dari Peraturan Tata Tertib DPR RI
Oleh Riris Katharina, Oktober 2005
• Proses Legislasi di Indonesia
Oleh Dr. Stephen Sherlock, Oktober 2005
• Analisa Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia
Oleh Smita Notosusanto

2. Ringkasan Hasil Studi Parpol :

• Assessment Kelengkapan Struktur dan Mekanisme Partai Politik di Indonesia
Oleh Sebastian Salang dan Tim
• Analisa AD/ART Partai-Partai Politik
Oleh Smita Notosusanto
• Standar Akuntasi Keuangan Khusus Partai Politik
Oleh Rini P. Radikun, Mahmudin Muslim, Ragil Kuncoro dan diedit
oleh Emmy Hafild (Tranparency International Indonesia)

Materi Buku
Tidak ada demokrasi tanpa partai politik. Jadi, tidak ada demokrasi kuat tanpa partai politik yang kuat (Riswandha Imawan, Guru Besar Ilmu Politik UGM). Di dalam partai politik dan di parlemen masih terlihat adanya kelemahan-kelemahan, baik di tingkat struktur dan infrastruktur organisasi sampai rendahnya keteladanan dan komitmen elite partai serta anggota dewan. Kondisi ini merupakan perkembangan yang kurang menyenangkan dan membahayakan bagi proses konsolidasi demokrasi.
Forum bersama bagi partai-partai politik dan anggota parlemen dari berbagai fraksi di DPR RI. Pada pertemuan pertama para inisiator yang berlangsung pada tanggal 12 Mei 2005, di Jakarta, diputuskan membentuk Forum Komunikasi Partai Politik dan Politisi untuk Reformasi, yang secara singkat disebut Forum Politisi.
Tujuan pembentukan forum ini adalah mencari jawaban bersama atas problem-problem yang dihadapi partai politik dan parlemen – diantaranya deparpolisasi dan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap parlemen sekaligus mendesain sebuah agenda bersama untuk memperkuat partai politik dan parlemen. Lebih jauh, Forum ini juga bertujuan menyediakan wadah bagi peningkatan kompetensi dan membangun saling pengertian di antara para politisi dan partai politik, serta mendorong pembangunan politik dalam rangka mewujudkan kehidupan politik nasional yang lebih transparan dan demokratis.
Untuk merealisasi tujuan tersebut, Forum Politisi telah melakukan berbagai kegiatan, antara lain workshop dan pertemuan kerja rutin yang masing masing diadakan setiap dua minggu sekali. Forum Politisi juga melakukan penelitian dan wawancara dengan para tokoh dan pejabat, terkait dengan penguatan partai politik dan parlemen. Tema-tema yang dipilih Forum Politisi sengaja tidak dikaitkan dengan isu-isu politik aktual, melainkan berdasarkan urgensi bagi penguatan partai politik dan parlemen.
Dalam perjalanannya, ada kebutuhan agar hasil-hasil diskusi tersebut dapat disosialisasikan ke kalangan yang lebih luas, terutama kepada politisi lokal dari berbagai partai dan daerah di Indonesia. Untuk itu, Forum Politisi memprakarsai sebuah pertemuan nasional yang dimaksudkan untuk menguji sekaligus memperkaya gagasan-gagasan lokal yang dibawa oleh para politisi dan pengurus partai dari daerah.
Pertemuan Nasional Forum Politisi telah diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 2-4 Desember 2005, dan dihadiri oleh pengurus dan aktivis partai dari berbagai tingkatan, partai politik maupun fraksi. Pertemuan Nasional Forum Politisi dibuka oleh tokoh-tokoh politisi nasional dan ditutup oleh pimpinan partai-partai politik. Di antara pembukaan dan penutupan terdapat pleno dan enam kelompok kerja, yang terdiri dari kelompok kerja Keuangan Partai, Pola Hubungan dengan Konstituen, Rekrutmen Anggota dan Seleksi Kandidat, Pengembangan Internal Partai, Konflik Internal Partai serta Peningkatan Kinerja Parlemen.
Tidak seperti citra yang berkembang di masyarakat manakala pengurus partai dan politisi menghadiri suatu pertemuan – yakni kursi kosong dan banyak yang berkirim-kiriman SMS, peserta Pertemuan Nasional Forum Politisi nampak bisa bertahan duduk di tempat. Mereka jarang terlihat mondar-mandir keluar masuk ruangan dan nampak berdebat secara serius dan keras tetapi dalam atmosfer yang konstruktif. Hampir tidak ada peserta yang "bermain HP" dengan menulis SMS. Jumlah peserta dari awal hingga akhir pertemuan nyaris tidak berkurang, dan masing-masing peserta dapat mengemukakan pendapat, ide serta harapanharapannya dengan tenang dalam waktu yang cukup. Banyak hal telah ditemukan atau diidentifikasi dari serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Forum Politisi, yang berpuncak pada Pertemuan Nasional tersebut. Mengingat adanya kebutuhan untuk mempublikasikan hasil-hasil kerja Forum Politisi – seperti yang diusulkan oleh anggota Forum dan peserta Pertemuan Nasional – Sekretariat memutuskan untuk mempublikasikan hasil-hasil identifikasi masalah dan gagasan-gagasan penanganan masalahnya saja.
Karena itu, materi yang terkandung di dalam buku ini lebih merupakan kompilasi dari berbagai temuan yang merupakan identifikasi masalah dan gagasan penanganan masalah dari beberapa tema yang telah dibahas, baik di dalam workshop, pertemuan kerja rutin maupun pertemuan nasional. Masalah masalah yang telah berhasil diidentifikasi adalah tidak jelasnya peraturan partai tentang fund rising; ketidakberdayaan bendahara partai; tidak jelasnya mekanisme penyelesaian konflik internal partai; program-program partai yang belum menyentuh kebutuhan masyarakat; rekrutmen anggota dan seleksi kandidat yang belum dilakukan secara terencana dan sistematis; lemahnya infrastruktur pendukung politisi dalam menjalankan tugasnya. Di samping itu masih banyak identifikasi masalah dari berbagai tema bahasan kelompok kerja Pertemuan Nasional, yang dapat dibaca dalam buku ini.
Di samping mengidentifikasi masalah-masalah, Pertemuan Nasional juga menguraikan gagasan-gagasan penanganan masalahnya. Di antaranya, diperbolehkannya partai politik mempunyai badan usaha (perubahan UU), bendahara partai sebaiknya diberi mandat politik oleh kongres partai; didirikannya badan penanganan konflik internal partai yang indipenden, pengadaan staf ahli yang mampu melakukan investigasi ke lapangan; perlunya mengembangkan sayap partai, melakukan kaderisasi partai secara periodic untuk mempermudah proses seleksi kandidat; pembuatan posko/sekretariat di daerah-daerah pemilihan, dan inventarisasi aset-aset partai.
Beberapa gagasan tentang penanganan masalah bahkan telah diurai menjadi contoh-contoh konkret, yakni menjadi peraturan partai. Karena itu, setelah pemaparan identifikasi masalah dan gagasan penanganannya, dilampirkan pula contoh-contoh peraturan partai tentang "Keuangan dan Perbendaharaan Partai“, "Tatacara Penyerapan Aspirasi dan Hubungan
dengan Konstituen“, "Keanggotaan Partai Politik“, "Mekanisme Seleksi Calon Anggota Parlemen“, dan "Penyelesaian Konflik Internal Partai".
Untuk melakukan perubahan di dalam partai politik diperlukan waktu yang memadai, materi dan referensi yang mencukupi, dukungan infrastruktur dan suprastruktur yang kuat, serta kerja-kerja riil dari para politisi dan aktivis partainya. Perubahan dapat dilakukan dan dimulai dari perorangan. Berangkat dari pemikiran itu, di dalam buku ini juga dilampirkan "Tip bagi Politisi". Tip ini dimaksudkan untuk memberikan inspirasi dan dorongan bagi setiap orang yang ingin melakukan perubahan untuk penguatan partai politik dan parlemen.
Materi di dalam buku ini merupakan hasil bahasan dan bahan-bahan bahasan dari workshop, pertemuan kerja rutin dan Pertemuan Nasional Forum Politisi. Khusus pada materi diskusi kelompok kerja pengembangan internal partai, identifikasi masalah dan gagasan-gagasan pemecahan masalahnya diintegrasikan ke dalam lima tema yang lain.
Partai politik merupakan salah satu elemen yang sangat sentral dalam demokrasi. Dalam teori
demokrasi dan juga dalam pengalaman riil negara-negara di Eropa dan Amerika Utara, partai-partai dapat berfungsi sebagai ”jembatan” antara masyarakat dan institusi-institusi negara. Partai politik adalah suatu organisasi yang karakter utamanya adalah kekuasaan. Agar mampu menjalankan fungsi-fungsinya, partai politik bertujuan memegang kekuasaan karena hanya kalau mempunyai kekuasaan politik, partai dapat mengimplementasikan kebijakan-kebijakannya.
Hidup-mati suatu organisasi, termasuk partai politik, sangat ditentukan oleh kemampuan pendanaannya. Dibutuhkan uang untuk membangun infrastruktur, untuk menjalankan aktivitas rutin, dan untuk membiayai aktivitas menjelang pemilu. Dana partai pada umumnya bersumber dari iuran anggota, aktivitas bisnis partai, sumbangan, dan subsidi negara. Agar partai-partai politik dapat bekerja secara efektif dan berkelanjutan (sustainable) harus membangun suatu sistem pendanaan yang:
1. Memberikan akses terhadap dana yang mencukupi untuk menjalankan semua aktivitas partai;
2. Tetap menjamin kemandirian partai dan tidak menghambat proses institusionalisasi.
Hanya dengan sistem pendanaan yang memadai partai politik dapat menjadi aktor yang mandiri, tidak tergantung dari para donatur atau dari sumbangan pemerintah. Maka, partai politik harus berusaha mencari sumber dana yang bermacam-macam supaya pengaruh donatur tertentu terhadap keputusan-keputusan partai tidak terlalu besar. Partai politik membutuhkan peraturan baku yang mengikat dan yang mendorong transparansi dan akuntabilitas, baik partai terhadap publik maupun pimpinan partai terhadap anggotanya.
Pada workshop pertama, beberapa rekomendasi untuk meningkatkan sistem keuangan partai politik dapat dihasilkan. Pada dasarnya semua peserta workshop sependapat bahwa pendanaan partai politik harus menjamin kemandirian serta institusionalisasi dan keberlanjutan (sustainability) partai. Lebih lanjut pengelolaan keuangan harus berdasarkan sifat antikorupsi serta transparansi dan akuntabilitas. Hanya dengan cara seperti ini partai-partai politik mampu menjalankan fungsi-fungsinya secara benar dan memberikan kontribusi positif terhadap proses demokratisasi. Tentu saja political will dari partai-partai politik sangat dibutuhkan agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Sistem keuangan partai politik yang transparan dan akuntabel hanya dapat diwujudkan kalau ada dorongan baik di internal partai maupun dari luar melalui perundang-undangan yang mempunyai perspektif antikorupsi. Maka dari itu, peserta workshop menghasilkan dua set rekomendasi, yakni untuk internal dan eksternal.
Rekomendasi di bawah ini merupakan hasil diskusi dari Kelompok Kerja I Pertemuan Nasional Forum Politisi.
Regulasi Undang-undang Partai Politik
1. Dalam undang-undang harus diatur dengan tegas tentang sanksi bagi pelanggarnya (tidak sekadar mendapatkan peringatan saja).
2. Membuka kemungkinan bagi partai politik untuk mendirikan badan usaha
milik partai politik.
3. Memasukkan aturan-aturan yang menjamin akses publik terhadap laporan
keuangan parpol.
4. Selain partai memperoleh bantuan dana pembinaan partai, juga memperoleh
bantuan dana operasional partai sampai ke tingkatan kabupaten kota.
5. Status kepemilikan aset partai harus atas nama partai.
Pada dasarnya mekanisme hubungan partai politik dengan masyarakat sederhana. Partai politik membutuhkan suara pemilih dalam pemilu umum. Maka partai politik terpaksa harus memperhatikan keinginan para pemilih sebelum mengambil keputusan mengenai program dan kebijakan partai. Artinya, politisi harus mencari informasi tentang kesulitan dan masalah yang sedang dihadapi masyarakat serta kepentingan dan preferensi pemilih. Kemudian partai dapat menawarkan suatu program politik yang membicarakan persoalan-persoalan yang aktual. Dalam kompetisi multipartai, yang dibutuhkan partai politik adalah responsiveness; kemampuan untuk mendengar dan menjawab. Tanpa mekanisme pengelolaan hubungan dengan masyarakat yang responsif, partai politik tidak dapat memaksimalkan hasil di dalam pemilu.
Pengelolaan hubungan dengan masyarakat juga penting bagi keberlangsungan dan survival partai politik sebagai organisasi sosial. Seluruh organisasi berusaha menstabilkan dan mengontrol lingkungannya. Lingkungan yang sangat sentral bagi partai politik adalah konstituennya. Hubungan dan komunikasi dengan masyarakat yang konsisten dan dua arah dapat merupakan stabilisator bagi partai, sebab pemilih merasa lebih akrab dan terikat pada partai dan akan memberikan kontribusi kepadanya. Maka, partai politik harus berusaha membangun hubungan dengan konstituen yang stabil dan berjangka panjang. Agar hubungan dengan konstituen dapat didirikan dan dikelola dengan baik, partai harus mengembangkan pemahaman ideologi dan nilai-nilai dasar partai dan membangun (infra) struktur partai.
Ideologi dan nilai-nilai merupakan pondasi hubungan partai politik dengan konstituen. Lebih lanjut ada tiga pilar, yaitu sumber daya manusia, prosedur dan mekanisme internal partai, dan sumber daya finansial. Partai harus membangun ideologi sebagai landasan pemikiran dan program partai. Kalau ada ideologi dan nilai-nilai yang jelas, partai dapat mengidentifikasi kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kurang lebih satu kesamaan dengan ideology yang mau dikembangkan partai tersebut: Baru setelah itu dilakukan pengorganisasian.
Kemudian pengembangan program dapat dijalankan. Ideologi dan nilai-nilai dihadapkan pada semua masalah untuk mengembangkan tawaran solusi atas masalah-masalah, baik masalah ekonomi, sosial, antaragama, atau masalah yang lain. Ini yang akan membuat ideologi secara terus menerus applied atau hidup. Ini menjadi siklus, sehingga ini menjadi gerak spiral ke atas.
Hubungan Partai dengan Konstituen di Indonesia
1. Lemahnya pemahaman ideologi dan sistem nilai partai, sehingga ketika timbul suatu persoalan, tidak terlihat adanya perbedaan yang substansial antara partai satu dan yang lainnya dalam menyelesaikan masalah tersebut. Padahal ketika ideologi menjadi suatu sistem nilai, seharusnya berdampak pada cara berpikir dan menyelesaikan persoalan. Efek dari lemahnya ideologi ini membuat partai menjadi pragmatis. Tidak mengherankan bahwa akhirnya konstituen menjadi lebih pragmatis juga dan punya kecenderungan memilih figur berdasarkan kedekatan, atau yang banyak uang dan sumbangannya.
2. Hubungan partai dengan konstituen sudah terjebak pada pola hubungan jualbeli/ transaksional antara buyer dan seller. Untuk mendapatkan suara dalam pemilu, parpol membeli konstituen lewat uang, sembako, kaos, pembangunan masjid, pembangunan jalan dan lain-lain.
3. Hal ini dilestarikan oleh hubungan anggota dewan dengan konstituennya, yang terhanyut dalam pola politik sejenis pascapemilu. Alih-alih membuat desain keputusan politik yang merupakan terjemahan dari aspirasi dan kepentingan Ideologi.

Rabu, 27 Mei 2009

Geostrategi Indonesia


MAKALAH KEWARGANEGARAAN
GEOSTRATEGI INDONESIA















TUGAS AKHIR SEMESTER 1







Di Susun Memenuhi Tugas Bab 11 dan Bab 12
Dalam Mata Kuliah Kewarganegaraan

Oleh:

Ridha Amalia (IIP/070810003)



ILMU INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2008/2009


BAB 1
Ketahanan Nasional
A. Latar Belakang
Sejak proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa dan negara Indonesia tidak luput dari berbagai gejolak dan ancaman baik dari dalam maupun luar negeri. Berbagai permasalahan yang timbul pasca kemerdekaan benar-benar mengguncang stabilitas nasional. Hal ini terbukti dengan adanya pergantian sistem politik Indonesia selama beberapa periode. Namun negara kesatuan Republik Indonesia tetap bertahan sebagai suatu bangsa dan negara yang merdeka, bersatu dan berdaulat. Hal tersebut membuktikan bahwa bangsa Indonesia memiliki rasa nasionalisme yang kuat sehingga bisa bertahan hingga kini. RI adalah negara yang menganut UUD 1945 sebagai konstitusi, sehingga kekuasaaan pemerintah tidak absolut. Kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Sistem negara bersifat demokrasi Pancasila. Dengan demikian kondisi kehidupan nasional merupakan pencerminan ketahanan nasional yang didasari oleh landasan idiil pancasila, konstitusional UUD’45, dan landasan visional wawasan nusantara.

B. Pokok- pokok pikiran
• Manusia berbudaya
Manusia berbudaya akan selalu mengadakan hubungan dengan:
1. Tuhan (agama)
2. Cita-cita (ideologi)
3. Kekuasaan (politik)
4. Pemenuhan kebutuhan (ekonomi)
5. Manusia (sosial)
6. Rasa keindahan (Seni)
7. Pemanfaatan alam (IPTEK)
8. Rasa aman (pertahanan dan keamanan)



• Tujuan Nasional, Falsafah Bangsa dan Ideologi Negara
Tujuan nasional menjadi pokok pikiran dalam ketahanan nasional karena suatu organisasi akan selalu berhadapan dengan masalah- masalah internal dan eksternal untuk mencapai tujuan. Tujuan nasional bangsa tercantum dalam undang-undang, dasar negara serta kebijakan-kebijakan pemerintah. Falsafah dan ideologi bangsa merupakan beberapa dari pokok pemikiran permasalahan ketahan nasional. Falsafah dan ideologi bangsa kita adalah Pancasila, dan kepribadian bangsa yang digali dari tata nilai budaya bangsa Indonesia sendiri.

C. Pengertian Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional (Tannas) Indonesia adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi. Tannas harus diwujudkan. Sehingga mulai sejak dini harus selalu dibina dan disinergikan dengan kehidupan bermasyarakatan dan bernegara. Oleh karena itu, geostrategi dibutuhkan untuk mewujudkan kondisi tersebut yang berupa konsepsi yang memperhatikan kondisi bangsa dan konstelasi geografi Indonesia (Konsepsi ketahanan nasional Indonesia). Ketahanan nasional diperlukan suatu bangsa agar timbul suatu kedamaian dan kestabilan dalam hidup bernegara.

D. Pengertian Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia
Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berlandaskan pancasila, UUD 1945 dan wawasan nusantara.

E. Hakikat Tannas dan Konsepsi Tannas Indonesia
1. Hakikat ketahanan nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
2. Hakikat konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang dalam seluruh aspek nasional.

F. Asas-asas Tannas Indonesia
Adalah tata laku berdasarkan nilai-nilai pancasila, UUD 1945 dan wawasan nusantara yang terdiri dari:
1. Asas Kesejahteraan dan Keamanan
2. Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu
3. Asas Mawas ke Dalam dan Mawas ke Luar
Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi nasional itu sendiri berdasarkan nilai- nilai kemandirian.
Mawas ke luar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan berperan serta mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri dan menerima kenyataan adanya interaksi dan ketergatungan dengan dunia internasional.
4. Asas Kekeluargaan
Salah satu cirri khas bangsa Indonesia yang paling menonjol adalah kekeluargaan dan musyawarah yang bersumber pada Pancasila.

G. Sifat Ketahanan Nasional Indoseia
1. Mandiri
Ketahanan nasional percaya pada kemampuan dan kekutan sendiri.
2. Dinamis
Ketahanan nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat dan menurun, tergantung pada situasi dan kondisi bangsa, negara, serta lingkungan strategisnya.
3. Wibawa
Makin tinggi tingkat ketahan nasional Indonesia, makin tinggi pula nilai kewibawaan dan tingkat daya tangkal yang dimiliki oleh bangsa dan negara Indonesia.
4. Konsultasi dan Kerjasama
Konsep Ketahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan sifat konfrontatif dan antagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih mengutamakan sikap konsultatif, kerjasama, serta saling menghargai dengan mengandalkan kekuatan moral dan kepribadian bangsa.


BAB 2
Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional
Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

A. Konsepsi Ketahanan Nasional
Konsepsi Ketahanan Nasional menyangkut hubungan antara aspek yang mendukung kehidupan, yaitu:
Aspek yang berkaitan dengan alam yang bersifat statis.
Aspek yang berkaitan dengan alam yang bersifat dinamis.

B. Pengaruh Aspek Ideologi
Ideologi adalah suatu sistem nilai sekaligus kebulatan ajaran yang memberikan motivasi. Ideologi merupakan dasar suatu negara dalam menjalankan kehidupan bernegara. Berikut beberapa ideologi yang ada dan berkembang didunia.
1. Liberalisme
Liberalisme bertitik tolak pada hak asasi yang melekat pada manusia sejak lahir dan tidak dapat di ganggu gugat oleh siapapun. Liberalisme cenderung berpusat pada kebebasan individu. Dalam sistem politik, liberalisme berarti adanya pemisahan kekuasaan sesuai ajaran Montesquieu yang sering disebut dengan Trias Politica.
2. Komunisme
Aliran ini beranggapan bahwa negara adalah susunan golongan kelas untuk menindas kelas lain.
3. Paham agama
Ideologi bersumber pada falsafah agama yang bersumber pada kitab suci.
4. Ideologi Pancasila
Merupakan tatanan nilai yang digali dari nilai-nilai budaya bangsa.
Ketahanan pada aspek ideologi sangat diperlukan oleh semua bangsa. Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi dinamika kehidupan ideologi bangsa Indonesia. Dalam perjalanannya, ideologi kita akan dihadapkan dengan ideologi-ideologi lain maupun dengan berbagai permasalahan yang akan berbenturan dengan ideologi kita sendiri. Oleh karena itu, ketahanan nasional terhadap aspek ideologi sangat diperlukan oleh bangsa Indonesia agar kita tidak kehilangan identitas dan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.

C. Pengaruh Aspek Politik
1. Politik Secara Umum
Politik berasal dari kata polities yang berarti kekuasaan dan policy yang berarti kebijaksanaan. Politik memiliki arti seni dan ilmu pemerintahan. Dalam pemerintahan, politik berfungsi sebagai penentu kebijaksanaan yang bertujuan mewujudkan aspirasi serta tuntutan masyarakat.
2. Politik di Indonesia
a. Politik dalam negeri
Politik dalam negeri adalah politik dan kenegaraan yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang menyerap aspirasi dan mendorong partisipasi masyarakat dalam suatu sistem.
b.Politik luar negeri
Politik luar negeri merupakan sarana pencapaian kepentingan nasional dalam pergaulan antar bangsa
PLN sebagai intregal dari strategi nasional yang merupakan proyeksi kepentingan nasional dalam kehidupan antar bangsa
c. Garis politik luar negeri
Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif. Bebas dalam artian Indonesia tidak memihak pada kekuatan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
Dan aktif dimana dalam pencaturan internasional Indonesia bersifat kreatif dan tidak menjadi obyek dalam pencaturan internasional.


3. Ketahanan pada Aspek Politik
Adalah kondisi dinamika kehidupan politik bangsa yang berisi keuletan, ancaman, hambatan, yang datang dari dalam atau luar baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan dan stabilitas politik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
4. Ketahanan pada Aspek Politik Dalam Negeri
Politik dalam negeri yang tidak stabil akan mengancam kondisi nasional bangsa Indonesia. Sehingga kestabilan politik dalam negeri dibutuhkan dalam mencapai ketahanan nasional. Apabila terjadi goncangan dalam bidang politik dalam negeri, maka dampaknya akan dirasakan oleh rakyat. Ketahanan dalam menghadapi kondisi politik dalam situasi seperti apapun, akan tercipta dengan baik apabila adanya kesadaran birokrasi dan nasionalisme bangsa yang kuat.
5. Ketahanan pada Aspek Politik Luar Negeri
Dalam kehidupan bernegara, negara juga sama seperti manusia yang merupakan makhluk sosial. Dalam kehidupannya, suatu bangsa harus berinteraksi dengan bangsa lain. Oleh karena itu, apaun yang terjadi di negara lain maka akan berdampak pada negara kita. Aspek politik negara yang berkaitan dengan kita terutama akan menjadi pemicu dinamika politik dalam negeri. Negara-negara berkembang seperti Indonesia sangat terpengaruh oleh kondisi politik negara-negara maju, seperti Amerika dan Jepang.
D. Pengaruh Aspek Ekonomi
a. Perekonomian Secara Umum
Perekonomian adalah salah satu aspek kehidupan nasional yang vital dan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan, yang meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi. Sistem perekonomian yang dianut oleh suatu negara akan mempengaruhi kehidupan perekonomian negara tersebut.


b. Perekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia mengacu pada pasal 33 UUD 1945, yang menyebutkan perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Setiap warga negara memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam menjalankan roda perekonomian. Walau demikian, asset-aset yang menunjang hajat hidup orang banyak dikuasai dan dikelola oleh negara.
c. Ketahanan pada Aspek Ekonomi
Ketahanan ekonomi diartikan sebagai keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi dinamika kehidupan ekonomi.
E. Pengaruh Aspek Sosial Budaya.
Sosial budaya mencakup 2 segi utama kehidupan bersama manusia, yaitu segi sosial dan segi budaya.
• Struktur Sosial di Indonesia
Kehidupan masyarakat berdasarkan struktur, peran dan profesi yang melahirkan bentuk hubungan dan iktan antara manusia yang dapat menggantikan hubungan kekeluaragan. Dalam pembahasan struktur sosial ini tidak mudah karena ilmu memiliki berbagai teori dan paradigma. Ketika berbicara mengenai struktur sosial, maka sesungguhnya kita berbicara mengenai sesuatu yang saling bergantung dan membentuk suatu pola tertentu, yang terdiri atas pola perilaku individu, kelompok, institusi maupun masyarakat secara luas. Dapat disimpulkan bahwa struktur sosial merupakan cara bagaimana suatu masyarakat terorganisasi dalam hubungan-hubungan yang dapat diprediksikan melalui pola perilaku berulang-ulang antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat tersebut. Struktur sosial memiliki empat elemen dasar, yaitu: 1. Status Sosial
2. Peran Sosial
3. Kelompok
4. Institusi


• Kondisi Budaya di Indonesia
a. Kebudayaan Daerah
Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri atas lebih dari dua kelompok masyarakat yang memiliki perbedaan karakteristik, didorong oleh latar belakang historis, kondisi geografis dan pengaruh kebudayaan asing. Maka tidak heran apabila Indonesia memiliki berbagai kebudayaan daerah.
b. Kebudayaan Nasional
Kebudayaan merupakan hasil dari interaksi budaya suku-suku bangsa yang ada di Indonesia yang kemudian di terima sebagai nilai bersama seluruh bangsa.
c. Integrasi Sosial
Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsure-unsur yang berbeda dalam kehidupan masyarakat. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas territorial, nilai-nilai, norma-norma dan pranata-pranata sosial. Integrasi sosial didorong oleh homogenitas kelompok, besar kecilnya kelompok, mobilitas geografis dan efektivitas dan efisiensi komunikasi.
d. Kebudayaan dan alam lingkungan
Keanekaragaman budaya Indonesia antara lain dipengaruhi oleh keanekaragaman geografis Indonesia. Maka seyogyanya kita menjaga dan melestarikan keaslian alam sekitar.
Ketahanan pada Aspek Sosial
Mencerminkan kondisi dinamis budaya bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan dan ancaman yang datang dari luar yang membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia.


F. Pengaruh Aspek Pertahanan dan Keamanan
Meliputi pokok-pokok pengetahuan pertahanan kemanan. Ketahanan pertahanan dan keamanan di artikan sebagai kondisi dinamika bangsa dalam menghadapi tantangan dari luar berupa rasa bela diri, penyelenggaraan pertahanan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pertahanan dan keamanan negara merupakan upaya nasional terpadu, pertahanan keamanan Indonesia dilandasi dengan siskamnas.
G. Postur Kekuatan Pertahanan dan Keamanan
Mencakup struktur keamanan, tingkat kemampuan dan gelar kekuatan. Ketahanan pada aspek pertahanan dan keamanan: pertahanan dan keamanan dapat mewujudkan kesiapsiagaan dalam upaya bela negara, bangsa Indonesia cinta damai tetapi lebih cinta pada kemerdekaan dan kedaulatan bangsa-bangsa, potensi nasional dan hasil pembangunan harus di lindungi, dan lain sebagainya.









Selasa, 19 Mei 2009

Katalogisasi Part. 1

Poin 1. Konsep-konsep Katalogisasi dan penerapannya dalam pusat informasi
2. Ruang Lingkup Katalog
3. Bisa membuat katalog
4. Dinamis dengan perkembangan katalog dalam penerapannya di dunia nyata
5. Mengenal AACR2
6. Mengenal Online Cataloging System
7. Ruang Lingkup Online Cataloging System
8. Cataloging Network, Marc Project, IFLA's UBC, etc.
9. Memahami Katalogisasi Deskriptif, pengertian, everview, contoh dan praktek

Referensi RS Kochar (1998). Principles and Practices of Catalouging. Rajat Publication, India.
Michael Gorman & Paul W Winkler (1998). AACR2 2nd Ed.
Kerr Toner (2007). Descriptive Catalouging I: Overvie of Major Concepts and Developments. Coudfield Schools of IT, Monash University

Part 1 Pengantar Katalog


Definisi deskripsi/daftar dari suatu item yang telah diorganisir dan disusun secara sistematis
deskripsi dari suatu bibliografi atau koleksi
Bentuk Laci-laci susun, yang disusun berdasarkan nama pengarang. Berisi kartu katalog berukuran 12.5 x 7.5 cm atau 3 inch x 5 inch. Kartu katalog masih manual dan berpengaturan baku.
Katalog Online, katalog yang diterbitkan dalam suatu sistem komputer. Berisikan sama dengan kartu katalog, hanya saja pada katalog online deskripsi informasinya lebih lengkap dan tidak terbatas ukuran kertas. Pada katalog online, kita bisa melihat status peminjaman buku tsb. Katalog online tidak baku dan lebih dinamis.
Katalog Buku, berupa buku yang berisikan informasi pengarang serta buku-buku pengarang tsb yang tersedia.
Katalog Berkas, berisi berkas-berkas yang bisa ditambah.
Fungsi Menunjukkan lokasi sebuah dokumen/buku dalam sebuah koleksi, memberikan informasi mengenai literary unit, dimana tersedia seluruh karya dari pengarang yang sama.
Untuk mendeskripsikan tiap-tiap karya.
Setiap pustakawan/library harus mengadakan pendekatsn-pendekatan tertentu terhadap katalognya.
Konsep Entri Utama dan Tambahan.
Entri Utama/Main Entry, prinsipal entry suatu karya dalam katalog.
Entri Tambahan/Added Entry, entri tambahan yang digunakan sebagai alternative access point dan biasanya lebih singkat.
Kebutuhan untuk mengidentifikasi entri utama untuk akses poin adalah hal utama dalam proses pengkatalogan. Sejak awal abad 19, AACR2R masih memegang konsep tsb meskipun dirasa kurang relevan diterapkan di web/online environment.
Pengarang vs Judul
Tradisi Anglo-American lebih memilih pengarang sebagai entri utama, karena pengarang adalah individu yang bertanggung jawab terhadap suau karya.
Cataloging System di Eropa dan Asia lebih memilih menggunakan judul sebagai entri utama, karena dengan begitu memilih koleksi akan lebih mudah dan efisien.

Asal Usul Psikologi

Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental.
Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak,
tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku
dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku dan proses mental

Sejarah Psikologi

Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasiikan laboratoriumnya tahun 1879 –
yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu – pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno.
Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelekstual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.

Berdasarkan pandangan tersebut, bagian Sejarah Psikologi ini akan dibagi ke dalam beberapa periode dengan berbagai tokohnya.

Image

Psikologi sebagai bagian dari filsafat

* Masa Yunani
* Masa Abad Pertengahan
* Masa Renaisans

Psikologi sebagai bagian dari ilmu faal

* Masa Pasca Renaisans

Psikologi sebagai ilmu yang mandiri

* Masa akhir abad ke-19

Memasuki abad ke-20, psikologi berkembang dalam berbagai school of thought. Kalau Wundt meletakkan dasar bagi psikologi dengan pandangan strukturalisme,

maka selanjutnya berbagai aliran utama yang muncul adalah sebagai berikut.

* Fungsionalisme
* Behaviorisme
* Psikoanalisa
* Psikologi Gestalt
* Psikologi Humanistik

Melalui pemahaman sejarah psikologi ini, diharapkan akan muncul pemahaman yang lebih utuh tentang apa itu psikologi.

Dalam rencana pengembangan situs ini, akan dibahas pula sejarah psikologi di Indonesia.

Sumber kepustakaan dalam semua tulisan dalam modul ini adalah:

Brennan, J.F. (1991). History and Systems of Psychology. New Jersey : Prentice Hall Inc.
Lundin, (1991). Theories and Systems of Psychology. 4 rd Ed. Toronto: D.C. Heath and Company

Masa Yunani

(Hellenic Period)
PSIKOLOGI SEBAGAI BAGIAN DARI FILSAFAT

Ditulis oleh: DR. phil. Hana Panggabean

Pendekatan dan orientasi filsafat masa Yunani yang terarah pada eksplorasi alam, empirical observations, ditandai dengan kemajuan di bidang astronomi dan matematika, meletakkan dasar ciri natural science pada psikologi, yaitu objective, experimentation and observation, the real activity of living organism. Pertanyaan utama yang selalu berulang :

Why do we behave as we do?
Why are we able to generate reasonable explanation of some actions but not of others?
Why do we have moods?
Why do we seem to know what we know?

Image

Efforts to find ‘the cause’.

Comte: causal explanation adalah indikator untuk perkembangan tahap intelektual bagi peradaban manusiaMasa Pra Yunani Kuno : tahap intelektual masih primitif
yaitu theological/animism : atribusi ‘the cause’ pada dewa-dewa atau spiritual power. Contoh : Mesir

Manusia adalah pihak yang lemah. Perilaku ditentukan oleh kekuatan para spirit, maka tugas utama manusia adalah menjaga hubungan baik dengan mereka dengan cara menjunjung tinggi otoritas para spirit.

Kejayaan masa Yunani ditandai oleh pemikiran dari tiga filsuf besar: Socrates, Plato, Aristoteles; walau masih dipengaruhi pemikiran-pemikiran masa sebelumnya (masa Yunani Kuno).

Masa Yunani Kuno (Cosmological Period)
Adalah masa transisi dari pola pikir animisime ke awal dari natural science.

Penentu aktivitas manusia adalah alam atau lingkungan. Pada masa ini perilaku manusia berusaha diterangkan melalui prinsip-prinsip alam atau prinsip yang dianalogikan dengan gejala alam.

Ada 5 orientasi : naturalistic, biological, mathematical, eclectic, dan humanistic.

1. Naturalistic :
adanya elemen dasar bagi penentu kehidupan. Contoh : Thales (air), Anaximenes (udara).
Ide ttg permanence vs change dari zat yang dianalogikan kepada aktivitias manusia, menimbulkan ide ttg jiwa
Pola pikir deduktif : generalisasi gejala alam pada perilaku manusia
2. Biologic :
Mengangkat posisi manusia di atas gejala alam yang lain, memisahkan proses-proses pada manusia dari proses-proses yang ada pada mahluk lain di alam.
Proses-proses fisiologis primer untuk menjelaskan perilaku manusia
Tokoh : Hippocrates, Alcmeon, Empedocles.
3. Mathematical :
Pendekatan yang melangkah lebih jauh dari dasar dunia fisik, mengarahkan pada hal-hal yang logis tapi abstrak, merupakan bekal bagi kekuatan reason.
4. Eclectic :
Menentang ide adanya suatu prinsip dasar dan ‘kebenaran umum’. Idenya sangat mendasar berbeda dari orientasi lainnya.
Menekankan pada informasi sensoris, sangat operasional dan praktis
Sikap ilmuwan harus skeptik
Tokoh : The sophists- universal lecturers
5. Humanistic :
Fokus : rationality & intentionality. Ratio adalah penentu kehidupan manusia beserta segala konsekuensinya. Tokoh utama : Socrates.
Tokoh penerus Socrates : Plato & Aristoteles

Ketiga tokoh tersebut : search for framework of human knowledge. Peletak dasar bagi kerangka pikir tipikal barat : rational, logic, objective.
Disebarluaskan oleh Alexander Agung (murid Aristoteles) melalui ekspansi militer.

AKHIR MASA HELLENISTIC
Pendekatan natural science dari Aristoteles disebarkan oleh muridnya, Alexander the Great melalui ekspansi militer sampai ke daerah Timur.
Bersamaan dengan itu mulai juga masuk pandangan belahan dunia Timur ke Barat, terutama Persia, India, dan Mesir.
Dengan runtuhnya kekuasaan Alexander the Great, pengaruh timur ini semakin kuat, ditandai dengan menguatnya pandangan spiritualitas menggantikan naturalisme.

MASA ROMAWI

1. Konteks sosial :

* Pemerintahan kekaisaran romawi yang mendunia dengan tertib administrasi kependudukan yang kuat serta jaminan akan ketentraman sosial.
* Pemikiran tentang manusia dan alam menjadi lebih pragmatis, spesifik dan spesialis. Bangsa Romawi lebih tertarik pada ilmu pengetahuan yang teknikal dan aplikatif, seluruhnya diarahkan untuk memperkuat dominasi kekaisaran Romawi.
* Ide-ide dan pemikiran tentang manusia berkembang subur, bahkan juga ide-ide ketuhanan

2. Pengaruh bagi perkembangan pemikiran tentang manusia:

* Filsafat yang berkembang memiliki konteks yang lebih terbatas dan spesifik, serta tampak dalam bentuk yang nyata, misalnya ritual religi masyarakat Romawi.
* Fokus yang dibicarakan :
o dikotomi aktif-pasif, apakah jiwa (yang menggambarkan manusia) adalah unsur yang aktif dan mandiri terhadap lingkungan ataukah unsur yang pasif dan hanya bisa memberi reaksi.
o dikotomi passion - reason
o manusia dipandang sebagai makhluk yang kehidupannya didorong oleh usaha untuk mencari cara ‘menguasai’ keinginan fisik melalui penolakan dunia materiil dan mencari kebenaran dalam alam dan Tuhan (Neoplatonism)
* Pengaruh pada pemikiran tentang. nilai moral.
* Pemikiran pada masa Romawi memberi jalan bagi berkembangnya kekristenan.

PENGARUH KEKRISTENAN

1. Konteks sosial :

* masa penyebaran agama Kristen dengan tokoh Yesus sebagai perwujudan “manusia sempurna” beserta perilakunya yang harus jadi teladan.
* paham Tritunggal yang mengandaikan x=3x
* gereja dan para ulamanya berperan penting dalam masyarakat
* peran gereja menjadi dominan dalam perkembangan intelektualitas di masyarakat, banyak cendekiawan berlatar belakang ulama.
* secara gradual, gereja menjadi penentu nilai di masyarakat dan berhak melakukan sensor atas tulisan atau ide yang muncul. Gereja juga adalah penyelenggara pendidikan moral. Peran gereja dirasakan kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, maka muncul universitas-universitas di Eropa yang menawarkan kebebasan berpikir secara lebih luas. Terjadi pertentangan antara gereja dan masyarakat.

2. Pengaruh pada pandangan mengenai manusia :

* Manusia bukan hanya physical being, tetapi juga spiritual entity. Aspek spiritual tidak diatur oleh hukum alam. Jiwa manusia (soul) ada pada dunia yang tidak nyata (intangible), tidak dapat dibuktikan dengan mata, dan eksistensinya hanya dapat dibuktikan lewat percaya (iman).
* Menempatkan ide Plato dalam konteks kekristenan
* Usaha untuk menjelaskan hubungan antara body and soul sebagai suatu dualisme, bukan sst yang harus dipertentangkan, body dan soul masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
Prinsip-prinsip Etika Penelitian Ilmiah

Etika berasal dari bahasan Yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari aspek etimologis memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku
dalam masyarakat. Menurut pandangan Sastrapratedja (2004), etika dalam konteks filsafat merupakan refleksi filsafati atas moralitas masyarakat sehingga
etika disebut pula sebagai filsafat moral.Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas yang dihayati masyarakat, etika juga membantu kita
untuk merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan yang dinamis dalam tata kehidupan masyarakat.
Sedangkan etika dalam ranah penelitian lebih menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian.

Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip etika
penelitian. Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau membahayakan subyek penelitian,
namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan (Jacob, 2004).

Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat empat prinsip utama yang perlu dipahami oleh pembaca, yaitu: menghormati harkat dan
martabat manusia (respect for human dignity), menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and confidentiality), keadilan
dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness), dan memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits)
(Milton, 1999; Loiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck, 2004).

Prinsip pertama, peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki
kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).

Prinsip kedua, setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat
terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi. Sedangkan, tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain,
sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam aplikasinya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik
nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau identification number) sebagai pengganti identitas responden.Prinsip ketiga, prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian.

Beberapa Alasan Ilmu Membutuhkan Filsafat

Di zaman Plato, bahkan sampai masa al Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi semua ilmu. Tetapi perkembangan daya pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam perkembangannya, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian filsafat bahkan seolah lebih sempit dibandingkan dengan masa awal perkembangannya, dibandingkan dengan
wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan ole manusia. Sebab manusia hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang sulit “dibumikan”. Padahal sebenarnya filsafat masih relevan untuk dipelajari karena ilmu membutuhkan filsafat.
Berikut beberapa alasan mengapa ilmu membutuhkan filsafat.
  1. Ilmu telah menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis.Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia mempelajari gejala-gejala sosial lewat observasi dan eksperimen. Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen sendiri, dapat didorong oleh keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran filsafat yang cenderung Spekulatif ke dalam bentuk ilmu yang praktis.
  2. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan lanjutan sistem pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat kemudian dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi. Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan sepanjang pemikiran, sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan yang koprehensif, yakni; yang luas, yang umum dan yang universal (menyeluruh) dan itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu.
  3. Aktivitas dan ilmuwan itu sama, yakni menggunakan aktifitas berpikir filosof. Berdasarkan cara berpikir seperti itu, maka hasil kerja filosofis dapat dilanjutkan oleh cara kerja berfikir ilmuwan. Hasil kerja filosofis bahkan dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu. Namun demikian, harus juga diakui bahwa tujuan akhir dari ilmuwan yang bertugas mencari pengetahuan, dapat dilanjutkan oleh cara kerja berpikir filosofis.
  4. Ilmu memiliki tugas melukiskan, sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan. Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta. Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu, dari mana awalnya dan akan ke mana akhirnya.
  5. Filsafat yang sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science) dapat menjadi pembuka dan sekaligus ilmu pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu sebab filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu. Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu cabang ilmu yang lepas dari filsafat atau serendahnya tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang disebut sebagai filsafat pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu cabang yang disebut sebagai filsafat ilmu.

Kamis, 01 Januari 2009

Mengenang KARTINI


Kartini berada dalam proses dari kegelapan menuju cahaya. Namun cahaya itu belum sempurna menyinarinya secara terang benderang, karena terhalang oleh tabir tradisi dan usaha westernisasi. Kartini telah kembali kepada Pemiliknya, sebelum ia menuntaskan usahanya untuk mempelajari Islam dan mengamalkannya, seperti yang diidam-idamkannya: Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai. [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]

1. Mukadimah


Tinta sejarah belum lagi kering menulis namanya, namun wanita-wanita negerinya sudah terbata-bata membaca cita-citanya. Kian hari emansipasi kian mirip saja dengan liberalisasi dan feminisasi. Sementara Kartini sendiri sesungguhnya semakin meninggalkan semuanya, dan ingin kembali kepada fitrahnya.

Perjalanan Kartini adalah perjalanan panjang. Dan dia belum sampai pada tujuannya. Kartini masih dalam proses. Jangan salahkan Kartini kalau dia tidak sepenuhnya dapat lepas dari kungkungan adatnya. Jangan salahkan Kartini kalau dia tidak dapat lepas dari pengaruh pendidikan Baratnya. Kartini bukan anak keadaan, terbukti bahwa dia sudah berusaha untuk mendobraknya. Yang kita salahkan adalah mereka yang menyalahartikan kemauan Kartini. Kartini tidak dapat diartikan lain kecuali sesuai dengan apa yang tersirat dalam kumpulan suratnya : "Door Duisternis Tot Licht", yang terlanjur diartikan sebagai "Habis Gelap Terbitlah Terang". Prof. Haryati Soebadio (cucu tiri Ibu Kartini) - mengartikan kalimat "Door Duisternis Tot Licht" sebagai "Dari Gelap Menuju Cahaya" yang bahasa Arabnya adalah "Minazh-Zhulumaati ilan-Nuur". Kata dalam bahasa Arab tersebut, tidak lain, merupakan inti dari dakwah Islam yang artinya: membawa manusia dari kegelapan (jahiliyyah atau kebodohan hidayah) ke tempat yang terang benderang (petunjuk atau kebenaran). Di dalam Al-Quran, surat Al-Baqarah : 257, ALLah menegaskan:

ALLAH pemimpin orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang kafir pemimpinnya adalah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya ke kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.

Kartini berada dalam proses dari kegelapan menuju cahaya. Namun cahaya itu belum sempurna menyinarinya secara terang benderang, karena terhalang oleh tabir tradisi dan usaha westernisasi. Kartini telah kembali kepada Pemiliknya, sebelum ia menuntaskan usahanya untuk mempelajari Islam dan mengamalkannya, seperti yang diidam-idamkannya:

Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai. [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]

Kartini yang dikungkung oleh adat dan dituntun oleh Barat, telah mencoba meretas jalan menuju benderang. Tapi anehnya tak seorangpun melanjutkan perjuangannya. Wanita-wanita kini mengurai kembali benang yang telah dipintal Kartini. Sungguhpun mereka merayakan hari lahirnya, namun mereka mengecilkan arti perjuangannya. Gagasan-gagasan cemerlang Kartini yang dirumuskan dalam kamar yang sepi, mereka peringati di atas panggung yang bingar. Kecaman Kartini yang teramat pedas terhadap Barat, mereka artikan sebagai isyarat untuk mengikuti wanita-wanita Barat habis-habisan. Kartini merupakan salah satu contoh figur sejarah yang lelah menghadapi pertarungan ideologi. Jangan kecam Kartini. Karena walau bagaimana pun, beliau telah berusaha mendobrak adat, mengelak dari Barat, untuk mengubah keadaan.

Manusia itu berusaha, ALLAH lah yang menentukan. [Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, Oktober 1900]

Demikian kata-kata Kartini yang mencerminkan suatu sikapnya yang tawakkal. Memang, kita manusia sebaiknya berorientasi kepada usaha dan bukan berorientasi pada hasil. Hal ini perlu, agar kita tidak kehilangan cakrawala. Agar kita tidak mengukur keberhasilan suatu perjuangan dengan batasan usia kita yang singkat. Pula agar kita tidak mudah untuk mengecam kesalahan yang dibuat oleh orang-orang sebelum kita. Bukan mustahil, jika kita dihadapkan dalam kondisi yang sama, kita pun akan berbuat hal yang serupa.

Itu adalah umat yang telah lalu; baginya apa yang diusahakannya dan bagimu apa yang kamu usahakan; dan kamu tidak akan dimintai pertanggung jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan. [Al-Quran, surat Al-Baqarah : 134]

2. Siapakah Kartini?


Kartini lahir dari keluarga ningrat jawa. Ayahnya, R.M.A.A Sosroningrat, pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Teluwakur, Jepara. Peraturan Kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Ajeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan : R.A.A. Tjitrowikromo. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Beliau adalah keturunan keluarga yang cerdas. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang jenius dalam bidang bahasa. Dalam waktu singkat pendidikannya di Belanda, ia menguasai 26 bahasa: 17 bahasa-bahasa Timur dan 9 bahasa-bahasa Barat. Kartini sendiri secara formal pendidikannya hanya sampai pada tingkat Sekolah Rendah. Tapi beliau dapat memberikan kritik dan saran yang jelas kepada kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu. Dengan nota yang berjudul: "Berilah Pendidikan kepada bangsa Jawa", Kartini mengajukan kritik dan saran kepada hampir semua Departemen Pemerintah Hindia Belanda, kecuali Departemen Angkatan Laut (Marine). Salah satu saran yang beliau ajukan kepada Departemen Kesehatan adalah sebagai berikut:

Para dokter hendaklah juga diberi kesempatan untuk melengkapi pengetahuannya di Eropa. Keuntungannya sangat menyolok, terutama jika diperlukan penyelidikan yang menghendaki hubungan langsung dengan masyarakat. Mereka dapat menyelidiki secara mendalam khasiat obat-obatan pribumi yang sudah sering terbukti mujarab. Jikalau seorang awam menceritakan bahwa darah cacing atau belut dapat menyembuhkan mata yang bengkak, mungkin ia akan ditertawakan. Namun adalah suatu kenyataan bahwa air kelapa dan pisang batu dapat dipakai sebagai obat. Soalnya, sebetulnya sangat sederhana : penyakit-penyakit dalam negeri sebaiknya diobati dengan obat-obatan dari negeri itu sendiri. Telah seringkali terjadi bahwa orang-orang sakit bangsa Eropa, teristimewa yang menderita penyakit disentri atau penyakit lain, yang oleh dokter-dokter sudah dinyatakan tak dapat disembuhkan, masih dapat ditolong oleh obat-obatan kita yang sederhana dan tidak membahayakan. Sebagai contoh, belum lama berselang, seorang gadis pribumi oleh seorang dokter dinyatakan menderita penyakit TBC kerongkongan. Dokter itu mengatakan bahwa ia hanya dapat bertahan 2 pekan dan akan meninggal dalam keadaan yang mengerikan. Dalam keadaan putus asa, ibunya membawanya kembali ke desanya untuk diobati. Dan gadis itu sembuh, menjadi sehat, tidak merasa sakit lagi dan dapat bicara kembali. Apa obatnya? Serangga-serangga kecil yang didapat di sawah, ditelan hidup-hidup dengan pisang emas. Pengobatan yang biadab? Apa boleh buat. Bagaimanapun obat itu menolong, sedang obat dokter tidak. Dokter-dokter kita, sebenarnya dapat mengumumkan kasus-kasus seperti itu, tetapi mereka tidak pernah melakukan hal demikian. Mungkin karena khawatir akan ditertawakan oleh para sarjana? Seorang dokter bumiputera yang pengetahuannya setaraf dengan rekannya bangsa Eropa, jika yakin akan sesuatu, mestinya harus berani menyatakan dan mempertahankan keyakinannya.

Dengan membaca petikan nota Kartini yang ditujukan kapada pemerintah Hindia Belanda tersebut, kita dapat memperkirakan daya nalar Kartini untuk ukuran jamannya.

3. Kartini Mendobrak Adat


Sesungguhnya adat sopan-santun kami orang Jawa amatlah rumit. Adikku harus merangkak bila hendak lalu di hadapanku. Kalau adikku duduk di kursi, saat aku lalu, haruslah segera ia turun duduk di tanah, dengan menundukkan kepala, sampai aku tidak kelihatan lagi. Adik-adikku tidak boleh berkamu dan berengkau kepadaku. Mereka hanya boleh menegur aku dalam bahasa kromo inggil (bahasa Jawa tingkat tinggi). Tiap kalimat yang diucapkan haruslah diakhiri dengan sembah.

Berdiri bulu kuduk bila kita berada dalam lingkungan keluarga bumiputera yang ningrat. Bercakap-cakap dengan orang yang lebih tinggi derajatnya, harus perlahan-lahan, sehingga orang yang didekatnya sajalah yang dapat mendengar. Seorang gadis harus perlahan-lahan jalannya, langkahnya pendek-pendek, gerakannya lambat seperti siput, bila berjalan agak cepat, dicaci orang, disebut "kuda liar". [Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899]

Peduli apa aku dengan segala tata cara itu ... Segala peraturan, semua itu bikinan manusia, dan menyiksa diriku saja. Kau tidak dapat membayangkan bagaimana rumitnya etiket di dunia keningratan Jawa itu ... Tapi sekarang mulai dengan aku, antara kami (Kartini, Roekmini, dan Kardinah) tidak ada tata cara lagi. Perasaan kami sendiri yang akan menentukan sampai batas-batas mana cara liberal itu boleh dijalankan. [Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899]

Menurut Kartini, setiap manusia sederajat dan mereka berhak untuk mendapat perlakuan sama. Kartini paham benar bahwa saat itu, terutama di Jawa, keningratan seseorang diukur dengan darah. Semakin biru darah seseorang maka akan semakin ningrat kedudukannya. Kartini menentang keningratan darah.

Bagi saya hanya ada dua macam keningratan : keningratan pikiran dan keningratan budi. Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang, yang membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sudah beramal soleh, orang yang bergelar Graaf atau Baron? Tidak dapat mengerti oleh pikiranku yang picik ini. [Surat Kartini kepada Stella, 18 Agustus 1899]

Keningratan darah sekarang ini hanya tinggal sebagai barang antik di museum. Sebagai gantinya sekarang muncul keningratan-keningratan baru: keningratan pangkat, keningratan jabatan dan semacamnya. Puncak dari segala keningratan itu adalah keningratan ekonomi. Siapa yang paling banyak menyimpan harta, dialah yang paling ningrat. Semua dapat diatur olehnya. Keputusan dan kebijaksanaan semua orang akan berjalan erunduk-runduk di hadapan keputusan dan kebijaksanaan orang tersebut. Anehnya lagi, mereka yang mengaku sebagai Kartini-Kartini Masa Kini, tidak menentang keningratan-keningratan baru tersebut. Bahkan sebagian besar mereka menjadi korbannya, kalau tidak boleh dikatakan sebagai abdinya yang setia.

4. Kartini Memandang Ke Barat


Orang kebanyakan meniru kebiasaan orang baik-baik; orang baik-baik itu meniru perbuatan orang yang lebih tinggi lagi, dan mereka itu meniru yang tertinggi pula ialah orang Eropa. [Surat Kartini kepada Stella, 25 Mei 1899]

Diskriminasi yang dilakukan penjajah Belanda terhadap bumiputera, telah menjatuhkan moral mereka. Kartini meskipun berasal dari kaum ningrat, tapi pendidikan Barat yang dikenyamnya telah mengajarkan kepadanya bahwa Timur itu rendah dan Barat itu mulia. Kartini bukannya tidak menyadari indoktrinasi ini, tapi kenyataan yang dilihatnya belum lagi dapat dibantah. Dalam dunia pendidikan misalnya, Kartini melihat perbedaan yang menyolok, antara apa yang dimiliki oleh Belanda dengan apa yang baru dapat dicapai oleh Bumiputera.

Bolehlah, negeri Belanda merasa berbahagia, memiliki tenaga-tenaga ahli, yang amat bersungguh mencurahkan seluruh akal dan pikiran dalam bidang pendidikan dan pengajaran remaja-remaja Belanda. Dalam hal ini anak-anak Belanda lebih beruntung dari pada anak-anak Jawa, yang telah memiliki buku selain buku pelajaran sekolah. [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 20 Agustus 1902]

Dari sini nampak bahwa Kartini menyadari pentingnya peranan buku dalam mencerdaskan kehidupan anak manusia. Kalau masa kini, kebudayaan membaca terkalahkan oleh kebudayaan video, apakah jawabnya adalah Kartini masa kini sudah lebih maju dalam hal mendidik anak-anak mereka?

Aku mau meneruskan pendidikanku ke Holland, karena Holland akan menyiapkan aku lebih baik untuk tugas besar yang telah kupilih. [Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, 1900]

Agar setaraf dengan Barat, Kartini merasa perlu untuk mengejar ilmu ke Barat. Barat adalah kiblat Kartini setelah melepaskan diri dari kungkungan adat.

Pergilah ke Eropa. Itulah cita-citaku sampai nafasku yang terakhir. Surat Kartini kepada Stella [12 Januari 1900]

5. Sahabat-sahabat Dekat Kartini


Adat pada dewasa itu tidak memperkenankan seorang ningrat bergaul lekat dengan rakyat biasa. Ningrat harus bergaul dengan ningrat. Hal seperti ini sengaja dilestarikan oleh pemerintah kolonial, agar para ningrat kehilangan kepekaan terhadap problematika rakyatnya, menghindari keterpihakan ningrat kepada rakyat yang tertindas; sekaligus pula memperbesar jarak agar antara ningrat dan rakyat tidak tergalang suatu kekuatan untuk melawan penguasa. Dalam situasi demikian, dapat dipahami bila pergaulan Kartini hanya terbatas pada lingkungan keluarganya dan orang-orang Belanda saja. Pergaulan dengan orang-orang Belanda, tidaklah dilarang, karena orang Belanda dianggap lebih ningrat daripada orang Jawa. Kartini adalah seorang wanita yang mempunyai pemikiran jauh ke depan. Hal ini sudah diamati dan diketahui oleh teman-temannya bangsa Belanda. Banyak orang Belanda di Hindia Belanda maupun di negeri Belanda sendiri ingin menjalin persahabatan dengan Kartini, namun pada umumnya sebenarnya mereka ini adalah "musuh-musuh dalam selimut" yang ingin memperalat Kartini dan memandulkan pikiran-pikirannya. Berikut ini adalah beberapa teman dekat Kartini, yang sering terlibat diskusi maupun korespondensi dengannya :

- J.H. Abendanon
Abendanon datang ke Hindia-Belanda pada tahun 1900. Ia ditugaskan oleh Nederland untuk melaksanakan Politik Etis. Tugasnya adalah sebagai Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan. Karena 'orang baru' di Hindia-Belanda, Abendanon tidak mengetahui keadaan masyarakat Hindia-Belanda dan tidak paham bagaimana dan dari mana ia memulai programnya. Untuk keperluan itu, Abendanon banyak meminta nasihat dari teman sehaluan politiknya, Snouck Hurgronye, seorang orientalis yang terkenal sebagai arsitek perancang kemenangan Hindia-Belanda dalam Perang Aceh. Lebih jauh, Hurgronye mempunyai konsepsi yang disebut sebagai Politik Asosiasi, yaitu suatu usaha agar generasi muda Islam mengidentifikasikan dirinya dengan Barat. Menurut keyakinannya, golongan yang paling keras menentang penjajah Belanda adalah golongan Islam, terutama golongan santrinya. Memasukkan peradaban Barat dalam masyarakat pribumi adalah cara yang paling jitu untuk membendung dan akhirnya mengatasi pengaruh Islam di Hindia Belanda. Tidak mungkin membaratkan rakyat bumiputera, kecuali jika ningratnya telah dibaratkan. Untuk tujuan itu, maka langkah pertama yang harus diambil adalah mendekati kalangan ningrat terutama yang Islamnya teguh, untuk kemudian dibaratkan. Hurgronye menyarankan Abendanon untuk mendekati Kartini, dan untuk tujuan itulah Abendanon membina hubungan baik dengan Kartini. Kelak, Abendanonlah yang paling gigih berusaha menghalangi Kartini belajar ke Nederland. Ia tidak ingin Kartini lebih maju lagi.

- E.E. Abendanon (Ny. Abendanon)
Dia adalah pendamping setia suaminya dalam menjalankan tugasnya mendekati Kartini. Sampai menjelang akhir hayatnya, Kartini masih membina hubungan korespondensi dengannya.

- Dr. Adriani
Keluarga Abendanon pernah mengundang keluarga Kartini ke Batavia. Di Batavia inilah, Ny. Abendanon memperkenalkan Kartini dengan Dr. Adriani. Ia seorang ahli bahasa serta pendeta yang bertugas menyebarkan kristen di Toraja, Sulawesi Selatan. Dr Adriani berada di Batavia dalam rangka perlawatannya keliling Jawa dan Sumatera. Untuk selanjutnya, Dr. Adriani menjadi teman korespondensi Kartini yang intim.

- Annie Glasser
Ia adalah seorang guru yang memiliki beberapa akta pengajaran bahasa. Ia mengajarkan bahasa Perancis secara privat kepada Kartini tanpa memungut bayaran. Glasser diminta oleh Abendanon ke Kabupaten Jepara untuk mengamati dan mengikuti perkembangan pemikiran Kartini. Tidak mengherankan jika kelak Abendanon dapat mematahkan rencana Kartini untuk berangkat belajar ke Nederland, dengan mempergunakan diplomasi psikologis tingkat tinggi. Semua pihak telah gagal dalam segala upaya untuk menghalangi kepergian Kartini ke Belanda. Kartini telah berbulat tekad untuk ke Belanda. Tapi, tiba-tiba, Abendanon datang langsung dari Batavia ke Jepara untuk menemui Kartini tanpa perantaraan surat. Abendanon hanya berbicara beberapa menit saja dengan Kartini. Hasilnya? Kartini memutuskan untuk membatalkan keberangkatannya ke Belanda. Hal ini hanya mungkin jika Abandanon mengetahui secara persis kondisi psikologis Kartini; dan hal ini mudah baginya karena ia menempatkan Annie Glasser sebagai "mata-mata"nya.

- Stella (Estelle Zeehandelaar)
Sewaktu dalam pingitan (lebih kurang 4 tahun), Kartini banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Kartini tidak puas hanya mengikuti perkembangan pergerakan wanita di Eropa melalui buku dan majalah saja. Beliau ingin mengetahui keadaan yang sesungguhnya. Untuk itulah, beliau kemudian memasang iklan di sebuah majalah yang terbit di Belanda : "Hollandsche Lelie". Melalui iklan itu, Kartini menawarkan diri sebagai sahabat pena untuk wanita Eropa. Dengan segera iklan Kartini tersebut disambut oleh Stella, seorang wanita Yahudi Belanda. Stella adalah anggota militan pergerakan feminis di negeri Belanda saat itu. Ia bersahabat dengan tokoh sosialis; Ir. Van Kol, wakil ketua SDAQ (Partai Sosialis Belanda) di Tweede Kamer (Parlemen).

- Ir. Van Kol
Sebelum berkenalan dengan Kartini, Van Kol pernah tinggal di Hindia Belanda selama 16 tahun. Selain sebagai seorang insinyur, ia juga seorang ahli dalam masalah-masalah kolonial. Stella-lah yang selalu memberi informasi tentang Kartini kepadanya, sampai pada akhirnya ia berkesempatan datang ke Jepara dan berkenalan langsung dengan Kartini. Van Kol mendukung dan memperjuangkan kepergian Kartini ke negeri Belanda atas biaya Pemerintah Belanda. Namun, rupanya ada udang dibalik batu. Van Kol berharap dapat menjadikan Kartini sebagai "saksi hidup" kebobrokan pemerintah kolonial Hindia-Belanda. Semua ini untuk memenuhi ambisinya dalam memenangkan partainya (sosialis) di Parlemen.

- Nellie Van Kol (Ny. Van Kol)
Ia adalah seorang penulis yang mempunyai pendirian humanis dan progresif. Dialah orang yang paling berperan dalam mendangkalkan aqidah Kartini. Pada awalnya, ia bermaksud untuk mengkristenkan Kartini, dengan kedatangannya seolah-olah sebagai penolong yang mengangkat Kartini dari ketidakpedulian terhadap agama. Memang, agaknya setelah perkenalannya dengan Ny. Van Kol, Kartini mulai perduli dengan agamanya, Islam. Kepeduliannya ditandai dengan diakhiri gerakan "mogok shalat" dan "mogok ngaji".

Sekarang kami merasakan badan kami lebih kokoh, segala sesuatu tampak lain sekarang. Sudah lama cahaya itu tumbuh dalam hati sanubari kami; kami belum tahu waktu itu, dan Nyonya Van Kol yang menyibak tabir yang tergantung di hadapan kami. Kami sangat berterima kasih kepadanya. [Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, 12 Juni 1902]

Setelah Kartini kembali menaruh perhatian pada masalah-masalah agama, mulailah Nellie Van Kol melancarkan misi kristennya.

Nyonya Van Kol banyak menceritakan kepada kami tentang Yesus yang tuan muliakan itu, tentang rasul-rasul Petrus dan Paulus, dan kami senang mendengar semua itu [Surat Kartini kepada Dr. Adriani, 5 Juli 1902]

Nyonya van Kol gagal untuk mengkristenkan Kartini secara formal, tapi ia berhasil untuk memasukkan nilai kristen ke dalam keislaman Kartini. Dalam banyak suratnya Kartini menyebut ALLAH dalam konsep trinitas.

Malaikat yang baik beterbangan di sekeliling saya dan Bapak yang ada di langit membantu saya dalam perjuangan saya dengan bapakku yang ada di dunia ini. [Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, 12 Juli 1902]

6. Kartini Ingin Menjadi Muslimah Sejati


Pada masa kecilnya, Kartini mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan ketika belajar mengaji (membaca Al-Quran). Ibu guru mengajinya memarahi beliau ketika Kartini menanyakan makna dari kata-kata Al-Quran yang diajarkan kepadanya untuk membacanya. Sejak saat itu timbullah penolakan pada diri Kartini.

"Mengenai agamaku Islam, Stella, aku harus menceritakan apa? Agama Islam melarang umatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain. Lagi pula sebenarnya agamaku karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, kalau aku tidak mengerti, tidak boleh memahaminya? Al-Quran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan kedalam bahasa apa pun. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab. Di sini orang diajar membaca Al-Quran tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibacanya itu. Sama saja halnya seperti engkau mengajarkan aku buku bahasa Inggris, aku harus hafal kata demi kata, tetapi tidak satu patah kata pun yang kau jelaskan kepadaku apa artinya. Tidak jadi orang sholeh pun tidak apa-apa, asalkan jadi orang yang baik hati, bukankah begitu Stella?" [Surat Kartini kepada Stella, 6 November 1899]

"Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlunya dan apa manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Al-Quran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya, dan jangan-jangan guru-guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepadaku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa, kitab yang mulia itu terlalu suci sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya. [Surat Kartini kepada E.E. Abendanon, 15 Agustus 1902]

Sampai suatu ketika Kartini berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati di Demak (Pangeran Ario Hadiningrat). Di Demak waktu itu sedang berlangsung pengajian bulanan khusus untuk anggota keluarga. Kartini ikut mendengarkan pengajian tersebut bersama para raden ayu yang lain, dari balik tabir. Kartini tertarik pada materi pengajian yang disampaikan Kyai Haji Mohammad Sholeh bin Umar, seorang ulama besar dari Darat, Semarang, yaitu tentang tafsir Al-Fatihah. Kyai Sholeh Darat ini - demikian ia dikenal - sering memberikan pengajian di berbagai kabupaten di sepanjang pesisir utara. Setelah selesai acara pengajian Kartini mendesak pamannya agar bersedia menemani dia untuk menemui Kyai Sholeh Darat. Inilah dialog antara Kartini dan Kyai Sholeh Darat, yang ditulis oleh Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat :

"Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?"
Tertegun Kyai Sholeh Darat mendengar pertanyaan Kartini yang diajukan secara diplomatis itu.
"Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?". Kyai Sholeh Darat balik bertanya, sambil berpikir kalau saja apa yang dimaksud oleh pertanyaan Kartini pernah terlintas dalam pikirannya.
"Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan buatan rasa syukur hati aku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?"

Setelah pertemuannya dengan Kartini, Kyai Sholeh Darat tergugah untuk menterjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Jawa. Pada hari pernikahan Kartini, Kyai Sholeh Darat menghadiahkan kepadanya terjemahan Al-Quran (Faizhur Rohman Fit Tafsiril Quran), jilid pertama yang terdiri dari 13 juz, mulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan surat Ibrahim. Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya. Tapi sayang tidak lama setelah itu Kyai Sholeh Darat meninggal dunia, sehingga Al-Quran tersebut belum selesai diterjemahkan seluruhnya ke dalam bahasa Jawa. Kalau saja Kartini sempat mempelajari keseluruhan ajaran Islam (Al-Quran) maka tidak mustahil ia akan menerapkan semaksimal mungkin semua hal yang dituntut Islam terhadap muslimahnya. Terbukti Kartini sangat berani untuk berbeda dengan tradisi adatnya yang sudah terlanjur mapan. Kartini juga memiliki modal kehanifan yang tinggi terhadap ajaran Islam. Bukankah pada mulanya beliau paling keras menentang poligami, tapi kemudian setelah mengenal Islam, beliau dapat menerimanya. Saat mempelajari Al-Islam lewat Al-Quran terjemahan berbahasa Jawa itu, Kartini menemukan dalam surat Al-Baqarah ayat 257 bahwa ALAH-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minazh-Zhulumaati ilan Nuur). Rupanya, Kartini terkesan dengan kata-kata Minazh-Zhulumaati ilan Nuur yang berarti dari gelap kepada cahaya. Karena Kartini merasakan sendiri proses perubahan dirinya, dari pemikiran tak-berketentuan kepada pemikiran hidayah. Dalam banyak suratnya sebelum wafat, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat "Dari Gelap Kepada Cahaya" ini. Karena Kartini selalu menulis suratnya dalam bahasa Belanda, maka kata-kata ini dia terjemahkan dengan "Door Duisternis Tot Licht". Karena seringnya kata-kata tersebut muncul dalam surat-surat Kartini, maka Mr. Abendanon yang mengumpulkan surat-surat Kartini menjadikan kata-kata tersebut sebagai judul dari kumpulan surat Kartini. Tentu saja ia tidak menyadari bahwa kata-kata tersebut sebenarnya dipetik dari Al-Quran. Kemudian untuk masa-masa selanjutnya setelah Kartini meninggal, kata-kata Door Duisternis Tot Licht telah kehilangan maknanya, karena diterjemahkan oleh Armijn Pane dengan istilah "Habis Gelap Terbitlah Terang". Memang lebih puitis, tapi justru tidak persis.

Setelah Kartini mengenal Islam sikapnya terhadap Barat mulai berubah :
"Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?" [Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902]

Kartini juga menentang semua praktek kristenisasi di Hindia Belanda :

"Bagaimana pendapatmu tentang Zending, jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka kristenisasi? .... Bagi orang Islam, melepaskan keyakinan sendiri untuk memeluk agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya. Pendek kata, boleh melakukan Zending, tetapi jangan mengkristenkan orang. Mungkinkah itu dilakukan?" [Surat Kartini kepada E.E. Abendanon, 31 Januari 1903]

Bahkan Kartini bertekad untuk memenuhi panggilan surat Al-Baqarah ayat 193, berupaya untuk memperbaiki citra Islam selalu dijadikan bulan-bulanan dan sasaran fitnah. Dengan bahasa halus Kartini menyatakan :

"Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai." [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]

7. Cita-cita Kartini Yang Sering Disalahartikan.


Kartini merasa bahwa hati kecilnya selalu mengatakan :

"Pergilah. Laksanakan cita-citamu. Kerjalah untuk hari depan. Kerjalah untuk kebahagiaan beribu-ibu orang yang tertindas dibawah hukum yang tidak adil dan paham-paham yang palsu tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Pergi. Pergilah. Berjuanglah dan menderitalah, tetapi bekerjalah untuk kepentingan yang abadi" [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]

Petikan suratnya berikut ini adalah cita-cita Kartini yang banyak salah dimengerti :

"Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama. [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902]

Inilah gagasan Kartini yang sebenarnya, namun kenyataannya sering diartikan secara sempit dengan satu kata: emansipasi. Sehingga setiap orang bebas mengartikan semaunya sendiri.

8. Pelajaran Bagi Umat Islam


Pada dasarnya Kartini ingin berjuang di jalan Islam. Tapi karena pemahamannya tentang Islam belum menyeluruh, maka Kartini tidak mengetahui panjangnya jalan yang akan ditempuh dan bagaimana cara berjalan diatasnya. (Mudah-mudahan Allah merahmati Kartini, beliau sudah berusaha, tapi ALLAH terlebih dahulu memanggilnya). Apabila kita mempelajari lebih jauh konsep-konsep yang diajukan Kartini, meskipun secara global adalah konsep Islam, tapi secara terperinci dan operasional, rancu dengan konsep-konsep Barat. Kita tahu sebagian besar teman-teman dekat Kartini adalah Yahudi dan Nasrani. Allah sudah memperingatkan kepada kita : Tidak akan pernah ridho orang-orang Yahudi dan Nasrani, sebelum kamu mengikuti tata cara mereka (Al-Quran, 2:120). Apa yang dialami Kartini merupakan sejarah yang senantiasa selalu terulangi. Setiap seseorang akan memperjuangkan Islam, maka tiba-tiba pihak-pihak yang tidak menyukai Islam akan bersatu untuk menghancurkannya. Bila posisi mereka lemah, maka mereka akan menempuhnya dengan cara yang halus dan tersembunyi. Tapi jika posisi mereka kuat, maka mereka akan menempuh cara-cara paksa. Secara tidak sadar Kartini menceritakan praktek keburukan umat Islam (bukan Islam yang buruk) kepada sahabat-sahabatnya non-Islam. Sehingga kelak kemudian hari menjadi bumerang dan fitnah bagi umat Islam. Sebaik-baiknya sahabat non-Islam, walau bagaimanapun tidak akan membantu Islam (Al-Quran, 3:119-120). Kartini berjuang seorang diri dan tidak menghimpun para santri lain yang ada di pulau Jawa. Salah seorang sahabat RasuluLLah, Ali bin Abi Thalib RA pernah berpesan kepada kita bahwa: Kebenaran yang tidak terorganisir dapat dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir. Dan Allah pun mencintai orang-orang yang berjuang di jalanNya dalam suatu barisan (Al-Quran, 61:4).


Wallahu'alam bissawab.

INDIA

Keadaan Sosial India

India merupakan negera kedua jumlah penduduk paling besar di dunia, sekitar 1 milyar penduduk. Juga merupakan negera kedua yang terbanyak penduduk Muslimnya, sekitar 120 juta penganut, setelah Indonesia. Luas India sekitar 1/3 luas Amerika Serikat. Hindi merupakan bahasa nasional India, tetapi ada 24 bahasa daerah yang diucapkan oleh lebih dari 1 juta penduduknya.

Pesona Pernik India

India merupakan negara yang kaya akan seni

budaya yang khas dan eksotik. Berikut ini akan diulas beberapa furnitur dan

kerajinan / craft dari India yang menjadi benda koleksi pribadi sekaligus ditata sebagai elemen dekorasi interior.

Hasil Seni India

kerajinan tangan dan benda seni dari India ini dapat memberi sensasi tersendiri

bagi penikmatnya diantaranya fantasi seakan “berpetualang” ke pelosok negeri

tersebut. Selain dapat mengagumi keindahannya, kita juga akan tercengang oleh

cerita menarik “dibalik” pembuatannya ataupun mengenai daerah asal dari pernik

tersebut. Disamping itu, aplikasi benda seni ini dalam penataan interior juga

berhasil menciptakan suasana kontemplatif dan lebih tenang di antara hiruk

pikuknya kehidupan modern. Hal inilah yang terekam oleh tim Griya Asri saat

meliput koleksi pernik dari India milik keluarga Aditi Gupta dan Jyoti Khurana ditata

ulang oleh pemilik bersama dengan desainer interior Eliza Musnir di Aaura

Gallery yang berlokasi di Kemang, Jakarta Selatan.

ORNAMEN

PADA FURNITUR

Furnitur khas India memiliki ornamen yang menegaskan ciri dan keunikan daerah asalnya. Inilah yang menjadi kekuatan furnitur dari India baik obyek ornamennya, teknik dekorasinya maupun material yang digunakan. Salah satu ornamen yang terkenal adalah lukisan / handpainted pada kursi kayu bergambar para raja dan pengiringnya. Biasanya, ornamen furnitur seperti ini berasal dari Kishangarh dan dikerjakan secara tradisional sedangkan kayu yang digunakan biasanya jenis babool, shisham atau aam. Selain itu furnitur tersebut juga mudah dibongkar pasang / detachable dan mudah dipindahkan seperti stool, meja rendah dan nampan berkaki / chowkis.

Adapula teknik ornamen yang disebut meenakari, yang diperkenalkan pertama kali oleh raja Man Singh dari Mughals pada abad ke-16. Teknik ini berkembang pesat di Jaipur, salah satu kota di bagian barat India yang material utamanya menggunakan serbuk batu atau enamel. Adapun tehapan pembuatannya yaitu furniture atau aksesori digambari motif dan dipasangi cetakan pola dari metal kemudian serbuk batu dibakar dan saat meleleh diisi ke cetakan. Selanjutnya, agar warna serbuk yang berbeda-beda ini tidak menyatu pada cetakan, maka teknik pembakarannya harus diatur dan teliti. Keunikan dari furnitur ini adalah warna enamel yang cerah dan kontras, motif yang rumit dan rapi serta biasanya berupa stilasi bunga dan hewan.

SOFT

FURNISHINGS

Kerajinan tangan India terkenal kaya akan bahan / fabric dengan warna-wana cerah, motif floral, teknik sulaman dengan benang khusus bahkan ornamen dengan manik-manik. Jenis kerajinan ini berasal dari Kashmir, Punjab, Gujarat, Rajasthan dan Madhya Pradesh. Misalnya saja saree yang ditenun secara tradisional baik dari sutra maupun katun. Keunikan kain ini adalah pola warna dengan dua garis / border yang membingkai sisi panjang kain dan satu bidang yang mengisi sepertiga dari sisi pendek kain yang biasa disebut pallu. Saree biasanya dihias dengan motif wajik atau garis geometris dan dihias dengan manik-manik agar terlihat lebih mewah seperti terlihat di ruang makan ini.

TEMPAT

SEMBAHYANG

Dalam melakukan ritual sembahyang, penganut agama Hindu di India biasanya memiliki satu tempat khusus yang biasa disebut Mandir. Mandir merupakan karya replika yang berukuran lebih kecil dari kuil dengan atap, kolom, dinding dan pintu serta dihias dengan ukiran simbol tertentu seperti lambang om. Mandir ini dapat diletakkan dimana saja kecuali di kamar tidur. Posisi pintu menghadap sisi selatan, bagian dalamnya diterangi oleh lampu dan dilengkapi dengan bantal untuk mengalasi lutut saat sembahyang. Dalam penataan di galeri, Mandir dihias dengan kain sutra, patung Ganesha dari batu dan kayu, patung Dewa Shiva dari tembaga dan lukisan yang dihias dengan perhiasan.

LUKISAN

TANJORE

Tanjore atau Thanjavoor merupakan salah satu kota di kawasan Tamin Nadu di selatan India dan juga merupakan ibukota kerajaan kekaisaran Chola di abad ke-9. Pada masa tersebut, kesenian berkembang pesat di antaranya teknik melukis dengan menggunakan batu mulia dan emas permata sebagai ornamen sehingga menimbulkan relief dan efek tiga dimensional pada permukaan lukisan. Ciri khas dari jenis lukisan ini antara lain obyeknya yang menggambarkan para dewa dewi dan mitologi dalam ajaran Hindu dengan warna yang cerah dan kontras serta dihias dengan emas dan permata sehingga benda seni ini tampil atraktif, anggun dan istimewa serta memiliki beragam ukuran.

Tempat Wisata India

Kompleks Qutb adalah sekelompok monumen dan bangunan di desa Mehrauli Delhi, India, bagian yang paling terkenalnya adalah Qutub Minar. Kompleks ini pertama kali dibangun oleh Quthbuddin Aybak, penguasa pertama Dinasti Slave, di kota barunya yang disebut Qila-Rai-Pithora dekat kota tua Prithivraj Chauhan. Kompleks ini ditambahi oleh banyak penguasa berikutnya, termasuk Iltutmish dan Ala ud din Khilji dan juga Britania.

Selain Qutub Minar; konstruksi penting lainnya adalah mesjid Quwwat-ul-Islam, Ala-I-Darwaza, Alai Minar dan pilar besi.

Taj Mahal (bahasa Urdu:تاج محل, Hindi: ताज महल) adalah sebuah monumen yang terletak di Agra, India. Dibangun atas keinginan Kaisar Mughal Shah Jahan, anak Jahangir, sebagai sebuah musoleum untuk istri Persianya, Arjumand Banu Begum, juga dikenal sebagai Mumtaz-ul-Zamani atau Mumtaz Mahal. Pembangunannya menghabiskan waktu 23 tahun (1630-1653) dan merupakan sebuah adi karya dari arsitektur Mughal.

Agra

Lokasi Taj Mahal di India

Shah Jahan, kaisar dari Kekaisaran Mughal memiliki kekayaan yang besar selama masa kejayaannya. Pada 1631 istri keduanya wafat sewaktu melahirkan putrinya Gauhara Begum, anak ke-14 mereka.

India menganut tata kehidupan demokrasi maka ancaman bencana kelaparan massal seperti yang terjadi dimasa pemerintah kolonial Inggris bisa dihindarkan. Karena pemerintah didalam sebuah demokrasi “harus memenangkan pemilu dan menghadapi kritik dan tekanan dari publik, dan pemerintah yang seperti ini mempunyai rasa tanggung jawab yang kuat untuk menghindari bencana kelaparan dan bencana lainnya.