Rabu, 27 Mei 2009

Geostrategi Indonesia


MAKALAH KEWARGANEGARAAN
GEOSTRATEGI INDONESIA















TUGAS AKHIR SEMESTER 1







Di Susun Memenuhi Tugas Bab 11 dan Bab 12
Dalam Mata Kuliah Kewarganegaraan

Oleh:

Ridha Amalia (IIP/070810003)



ILMU INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2008/2009


BAB 1
Ketahanan Nasional
A. Latar Belakang
Sejak proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa dan negara Indonesia tidak luput dari berbagai gejolak dan ancaman baik dari dalam maupun luar negeri. Berbagai permasalahan yang timbul pasca kemerdekaan benar-benar mengguncang stabilitas nasional. Hal ini terbukti dengan adanya pergantian sistem politik Indonesia selama beberapa periode. Namun negara kesatuan Republik Indonesia tetap bertahan sebagai suatu bangsa dan negara yang merdeka, bersatu dan berdaulat. Hal tersebut membuktikan bahwa bangsa Indonesia memiliki rasa nasionalisme yang kuat sehingga bisa bertahan hingga kini. RI adalah negara yang menganut UUD 1945 sebagai konstitusi, sehingga kekuasaaan pemerintah tidak absolut. Kedaulatan ada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Sistem negara bersifat demokrasi Pancasila. Dengan demikian kondisi kehidupan nasional merupakan pencerminan ketahanan nasional yang didasari oleh landasan idiil pancasila, konstitusional UUD’45, dan landasan visional wawasan nusantara.

B. Pokok- pokok pikiran
• Manusia berbudaya
Manusia berbudaya akan selalu mengadakan hubungan dengan:
1. Tuhan (agama)
2. Cita-cita (ideologi)
3. Kekuasaan (politik)
4. Pemenuhan kebutuhan (ekonomi)
5. Manusia (sosial)
6. Rasa keindahan (Seni)
7. Pemanfaatan alam (IPTEK)
8. Rasa aman (pertahanan dan keamanan)



• Tujuan Nasional, Falsafah Bangsa dan Ideologi Negara
Tujuan nasional menjadi pokok pikiran dalam ketahanan nasional karena suatu organisasi akan selalu berhadapan dengan masalah- masalah internal dan eksternal untuk mencapai tujuan. Tujuan nasional bangsa tercantum dalam undang-undang, dasar negara serta kebijakan-kebijakan pemerintah. Falsafah dan ideologi bangsa merupakan beberapa dari pokok pemikiran permasalahan ketahan nasional. Falsafah dan ideologi bangsa kita adalah Pancasila, dan kepribadian bangsa yang digali dari tata nilai budaya bangsa Indonesia sendiri.

C. Pengertian Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional (Tannas) Indonesia adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi. Tannas harus diwujudkan. Sehingga mulai sejak dini harus selalu dibina dan disinergikan dengan kehidupan bermasyarakatan dan bernegara. Oleh karena itu, geostrategi dibutuhkan untuk mewujudkan kondisi tersebut yang berupa konsepsi yang memperhatikan kondisi bangsa dan konstelasi geografi Indonesia (Konsepsi ketahanan nasional Indonesia). Ketahanan nasional diperlukan suatu bangsa agar timbul suatu kedamaian dan kestabilan dalam hidup bernegara.

D. Pengertian Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia
Konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah konsepsi pengembangan kekuatan nasional melalui pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang seimbang dalam seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh dan terpadu berlandaskan pancasila, UUD 1945 dan wawasan nusantara.

E. Hakikat Tannas dan Konsepsi Tannas Indonesia
1. Hakikat ketahanan nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung kemampuan kekuatan nasional untuk mencapai tujuan nasional.
2. Hakikat konsepsi ketahanan nasional Indonesia adalah pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara seimbang dalam seluruh aspek nasional.

F. Asas-asas Tannas Indonesia
Adalah tata laku berdasarkan nilai-nilai pancasila, UUD 1945 dan wawasan nusantara yang terdiri dari:
1. Asas Kesejahteraan dan Keamanan
2. Asas Komprehensif Integral atau Menyeluruh Terpadu
3. Asas Mawas ke Dalam dan Mawas ke Luar
Mawas ke dalam bertujuan menumbuhkan hakikat, sifat, dan kondisi nasional itu sendiri berdasarkan nilai- nilai kemandirian.
Mawas ke luar bertujuan untuk dapat mengantisipasi dan berperan serta mengatasi dampak lingkungan strategis luar negeri dan menerima kenyataan adanya interaksi dan ketergatungan dengan dunia internasional.
4. Asas Kekeluargaan
Salah satu cirri khas bangsa Indonesia yang paling menonjol adalah kekeluargaan dan musyawarah yang bersumber pada Pancasila.

G. Sifat Ketahanan Nasional Indoseia
1. Mandiri
Ketahanan nasional percaya pada kemampuan dan kekutan sendiri.
2. Dinamis
Ketahanan nasional tidaklah tetap. Ia dapat meningkat dan menurun, tergantung pada situasi dan kondisi bangsa, negara, serta lingkungan strategisnya.
3. Wibawa
Makin tinggi tingkat ketahan nasional Indonesia, makin tinggi pula nilai kewibawaan dan tingkat daya tangkal yang dimiliki oleh bangsa dan negara Indonesia.
4. Konsultasi dan Kerjasama
Konsep Ketahanan Nasional Indonesia tidak mengutamakan sifat konfrontatif dan antagonistis, tidak mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih mengutamakan sikap konsultatif, kerjasama, serta saling menghargai dengan mengandalkan kekuatan moral dan kepribadian bangsa.


BAB 2
Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional
Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

A. Konsepsi Ketahanan Nasional
Konsepsi Ketahanan Nasional menyangkut hubungan antara aspek yang mendukung kehidupan, yaitu:
Aspek yang berkaitan dengan alam yang bersifat statis.
Aspek yang berkaitan dengan alam yang bersifat dinamis.

B. Pengaruh Aspek Ideologi
Ideologi adalah suatu sistem nilai sekaligus kebulatan ajaran yang memberikan motivasi. Ideologi merupakan dasar suatu negara dalam menjalankan kehidupan bernegara. Berikut beberapa ideologi yang ada dan berkembang didunia.
1. Liberalisme
Liberalisme bertitik tolak pada hak asasi yang melekat pada manusia sejak lahir dan tidak dapat di ganggu gugat oleh siapapun. Liberalisme cenderung berpusat pada kebebasan individu. Dalam sistem politik, liberalisme berarti adanya pemisahan kekuasaan sesuai ajaran Montesquieu yang sering disebut dengan Trias Politica.
2. Komunisme
Aliran ini beranggapan bahwa negara adalah susunan golongan kelas untuk menindas kelas lain.
3. Paham agama
Ideologi bersumber pada falsafah agama yang bersumber pada kitab suci.
4. Ideologi Pancasila
Merupakan tatanan nilai yang digali dari nilai-nilai budaya bangsa.
Ketahanan pada aspek ideologi sangat diperlukan oleh semua bangsa. Ketahanan ideologi diartikan sebagai kondisi dinamika kehidupan ideologi bangsa Indonesia. Dalam perjalanannya, ideologi kita akan dihadapkan dengan ideologi-ideologi lain maupun dengan berbagai permasalahan yang akan berbenturan dengan ideologi kita sendiri. Oleh karena itu, ketahanan nasional terhadap aspek ideologi sangat diperlukan oleh bangsa Indonesia agar kita tidak kehilangan identitas dan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.

C. Pengaruh Aspek Politik
1. Politik Secara Umum
Politik berasal dari kata polities yang berarti kekuasaan dan policy yang berarti kebijaksanaan. Politik memiliki arti seni dan ilmu pemerintahan. Dalam pemerintahan, politik berfungsi sebagai penentu kebijaksanaan yang bertujuan mewujudkan aspirasi serta tuntutan masyarakat.
2. Politik di Indonesia
a. Politik dalam negeri
Politik dalam negeri adalah politik dan kenegaraan yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 yang menyerap aspirasi dan mendorong partisipasi masyarakat dalam suatu sistem.
b.Politik luar negeri
Politik luar negeri merupakan sarana pencapaian kepentingan nasional dalam pergaulan antar bangsa
PLN sebagai intregal dari strategi nasional yang merupakan proyeksi kepentingan nasional dalam kehidupan antar bangsa
c. Garis politik luar negeri
Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif. Bebas dalam artian Indonesia tidak memihak pada kekuatan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
Dan aktif dimana dalam pencaturan internasional Indonesia bersifat kreatif dan tidak menjadi obyek dalam pencaturan internasional.


3. Ketahanan pada Aspek Politik
Adalah kondisi dinamika kehidupan politik bangsa yang berisi keuletan, ancaman, hambatan, yang datang dari dalam atau luar baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan dan stabilitas politik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
4. Ketahanan pada Aspek Politik Dalam Negeri
Politik dalam negeri yang tidak stabil akan mengancam kondisi nasional bangsa Indonesia. Sehingga kestabilan politik dalam negeri dibutuhkan dalam mencapai ketahanan nasional. Apabila terjadi goncangan dalam bidang politik dalam negeri, maka dampaknya akan dirasakan oleh rakyat. Ketahanan dalam menghadapi kondisi politik dalam situasi seperti apapun, akan tercipta dengan baik apabila adanya kesadaran birokrasi dan nasionalisme bangsa yang kuat.
5. Ketahanan pada Aspek Politik Luar Negeri
Dalam kehidupan bernegara, negara juga sama seperti manusia yang merupakan makhluk sosial. Dalam kehidupannya, suatu bangsa harus berinteraksi dengan bangsa lain. Oleh karena itu, apaun yang terjadi di negara lain maka akan berdampak pada negara kita. Aspek politik negara yang berkaitan dengan kita terutama akan menjadi pemicu dinamika politik dalam negeri. Negara-negara berkembang seperti Indonesia sangat terpengaruh oleh kondisi politik negara-negara maju, seperti Amerika dan Jepang.
D. Pengaruh Aspek Ekonomi
a. Perekonomian Secara Umum
Perekonomian adalah salah satu aspek kehidupan nasional yang vital dan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan, yang meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi. Sistem perekonomian yang dianut oleh suatu negara akan mempengaruhi kehidupan perekonomian negara tersebut.


b. Perekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia mengacu pada pasal 33 UUD 1945, yang menyebutkan perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Setiap warga negara memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam menjalankan roda perekonomian. Walau demikian, asset-aset yang menunjang hajat hidup orang banyak dikuasai dan dikelola oleh negara.
c. Ketahanan pada Aspek Ekonomi
Ketahanan ekonomi diartikan sebagai keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi dinamika kehidupan ekonomi.
E. Pengaruh Aspek Sosial Budaya.
Sosial budaya mencakup 2 segi utama kehidupan bersama manusia, yaitu segi sosial dan segi budaya.
• Struktur Sosial di Indonesia
Kehidupan masyarakat berdasarkan struktur, peran dan profesi yang melahirkan bentuk hubungan dan iktan antara manusia yang dapat menggantikan hubungan kekeluaragan. Dalam pembahasan struktur sosial ini tidak mudah karena ilmu memiliki berbagai teori dan paradigma. Ketika berbicara mengenai struktur sosial, maka sesungguhnya kita berbicara mengenai sesuatu yang saling bergantung dan membentuk suatu pola tertentu, yang terdiri atas pola perilaku individu, kelompok, institusi maupun masyarakat secara luas. Dapat disimpulkan bahwa struktur sosial merupakan cara bagaimana suatu masyarakat terorganisasi dalam hubungan-hubungan yang dapat diprediksikan melalui pola perilaku berulang-ulang antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat tersebut. Struktur sosial memiliki empat elemen dasar, yaitu: 1. Status Sosial
2. Peran Sosial
3. Kelompok
4. Institusi


• Kondisi Budaya di Indonesia
a. Kebudayaan Daerah
Indonesia merupakan negara multikultural yang terdiri atas lebih dari dua kelompok masyarakat yang memiliki perbedaan karakteristik, didorong oleh latar belakang historis, kondisi geografis dan pengaruh kebudayaan asing. Maka tidak heran apabila Indonesia memiliki berbagai kebudayaan daerah.
b. Kebudayaan Nasional
Kebudayaan merupakan hasil dari interaksi budaya suku-suku bangsa yang ada di Indonesia yang kemudian di terima sebagai nilai bersama seluruh bangsa.
c. Integrasi Sosial
Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsure-unsur yang berbeda dalam kehidupan masyarakat. Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas territorial, nilai-nilai, norma-norma dan pranata-pranata sosial. Integrasi sosial didorong oleh homogenitas kelompok, besar kecilnya kelompok, mobilitas geografis dan efektivitas dan efisiensi komunikasi.
d. Kebudayaan dan alam lingkungan
Keanekaragaman budaya Indonesia antara lain dipengaruhi oleh keanekaragaman geografis Indonesia. Maka seyogyanya kita menjaga dan melestarikan keaslian alam sekitar.
Ketahanan pada Aspek Sosial
Mencerminkan kondisi dinamis budaya bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan dan ancaman yang datang dari luar yang membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia.


F. Pengaruh Aspek Pertahanan dan Keamanan
Meliputi pokok-pokok pengetahuan pertahanan kemanan. Ketahanan pertahanan dan keamanan di artikan sebagai kondisi dinamika bangsa dalam menghadapi tantangan dari luar berupa rasa bela diri, penyelenggaraan pertahanan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pertahanan dan keamanan negara merupakan upaya nasional terpadu, pertahanan keamanan Indonesia dilandasi dengan siskamnas.
G. Postur Kekuatan Pertahanan dan Keamanan
Mencakup struktur keamanan, tingkat kemampuan dan gelar kekuatan. Ketahanan pada aspek pertahanan dan keamanan: pertahanan dan keamanan dapat mewujudkan kesiapsiagaan dalam upaya bela negara, bangsa Indonesia cinta damai tetapi lebih cinta pada kemerdekaan dan kedaulatan bangsa-bangsa, potensi nasional dan hasil pembangunan harus di lindungi, dan lain sebagainya.









Selasa, 19 Mei 2009

Katalogisasi Part. 1

Poin 1. Konsep-konsep Katalogisasi dan penerapannya dalam pusat informasi
2. Ruang Lingkup Katalog
3. Bisa membuat katalog
4. Dinamis dengan perkembangan katalog dalam penerapannya di dunia nyata
5. Mengenal AACR2
6. Mengenal Online Cataloging System
7. Ruang Lingkup Online Cataloging System
8. Cataloging Network, Marc Project, IFLA's UBC, etc.
9. Memahami Katalogisasi Deskriptif, pengertian, everview, contoh dan praktek

Referensi RS Kochar (1998). Principles and Practices of Catalouging. Rajat Publication, India.
Michael Gorman & Paul W Winkler (1998). AACR2 2nd Ed.
Kerr Toner (2007). Descriptive Catalouging I: Overvie of Major Concepts and Developments. Coudfield Schools of IT, Monash University

Part 1 Pengantar Katalog


Definisi deskripsi/daftar dari suatu item yang telah diorganisir dan disusun secara sistematis
deskripsi dari suatu bibliografi atau koleksi
Bentuk Laci-laci susun, yang disusun berdasarkan nama pengarang. Berisi kartu katalog berukuran 12.5 x 7.5 cm atau 3 inch x 5 inch. Kartu katalog masih manual dan berpengaturan baku.
Katalog Online, katalog yang diterbitkan dalam suatu sistem komputer. Berisikan sama dengan kartu katalog, hanya saja pada katalog online deskripsi informasinya lebih lengkap dan tidak terbatas ukuran kertas. Pada katalog online, kita bisa melihat status peminjaman buku tsb. Katalog online tidak baku dan lebih dinamis.
Katalog Buku, berupa buku yang berisikan informasi pengarang serta buku-buku pengarang tsb yang tersedia.
Katalog Berkas, berisi berkas-berkas yang bisa ditambah.
Fungsi Menunjukkan lokasi sebuah dokumen/buku dalam sebuah koleksi, memberikan informasi mengenai literary unit, dimana tersedia seluruh karya dari pengarang yang sama.
Untuk mendeskripsikan tiap-tiap karya.
Setiap pustakawan/library harus mengadakan pendekatsn-pendekatan tertentu terhadap katalognya.
Konsep Entri Utama dan Tambahan.
Entri Utama/Main Entry, prinsipal entry suatu karya dalam katalog.
Entri Tambahan/Added Entry, entri tambahan yang digunakan sebagai alternative access point dan biasanya lebih singkat.
Kebutuhan untuk mengidentifikasi entri utama untuk akses poin adalah hal utama dalam proses pengkatalogan. Sejak awal abad 19, AACR2R masih memegang konsep tsb meskipun dirasa kurang relevan diterapkan di web/online environment.
Pengarang vs Judul
Tradisi Anglo-American lebih memilih pengarang sebagai entri utama, karena pengarang adalah individu yang bertanggung jawab terhadap suau karya.
Cataloging System di Eropa dan Asia lebih memilih menggunakan judul sebagai entri utama, karena dengan begitu memilih koleksi akan lebih mudah dan efisien.

Asal Usul Psikologi

Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental.
Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak,
tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku
dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
tingkah laku dan proses mental

Sejarah Psikologi

Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasiikan laboratoriumnya tahun 1879 –
yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu – pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno.
Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelekstual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.

Berdasarkan pandangan tersebut, bagian Sejarah Psikologi ini akan dibagi ke dalam beberapa periode dengan berbagai tokohnya.

Image

Psikologi sebagai bagian dari filsafat

* Masa Yunani
* Masa Abad Pertengahan
* Masa Renaisans

Psikologi sebagai bagian dari ilmu faal

* Masa Pasca Renaisans

Psikologi sebagai ilmu yang mandiri

* Masa akhir abad ke-19

Memasuki abad ke-20, psikologi berkembang dalam berbagai school of thought. Kalau Wundt meletakkan dasar bagi psikologi dengan pandangan strukturalisme,

maka selanjutnya berbagai aliran utama yang muncul adalah sebagai berikut.

* Fungsionalisme
* Behaviorisme
* Psikoanalisa
* Psikologi Gestalt
* Psikologi Humanistik

Melalui pemahaman sejarah psikologi ini, diharapkan akan muncul pemahaman yang lebih utuh tentang apa itu psikologi.

Dalam rencana pengembangan situs ini, akan dibahas pula sejarah psikologi di Indonesia.

Sumber kepustakaan dalam semua tulisan dalam modul ini adalah:

Brennan, J.F. (1991). History and Systems of Psychology. New Jersey : Prentice Hall Inc.
Lundin, (1991). Theories and Systems of Psychology. 4 rd Ed. Toronto: D.C. Heath and Company

Masa Yunani

(Hellenic Period)
PSIKOLOGI SEBAGAI BAGIAN DARI FILSAFAT

Ditulis oleh: DR. phil. Hana Panggabean

Pendekatan dan orientasi filsafat masa Yunani yang terarah pada eksplorasi alam, empirical observations, ditandai dengan kemajuan di bidang astronomi dan matematika, meletakkan dasar ciri natural science pada psikologi, yaitu objective, experimentation and observation, the real activity of living organism. Pertanyaan utama yang selalu berulang :

Why do we behave as we do?
Why are we able to generate reasonable explanation of some actions but not of others?
Why do we have moods?
Why do we seem to know what we know?

Image

Efforts to find ‘the cause’.

Comte: causal explanation adalah indikator untuk perkembangan tahap intelektual bagi peradaban manusiaMasa Pra Yunani Kuno : tahap intelektual masih primitif
yaitu theological/animism : atribusi ‘the cause’ pada dewa-dewa atau spiritual power. Contoh : Mesir

Manusia adalah pihak yang lemah. Perilaku ditentukan oleh kekuatan para spirit, maka tugas utama manusia adalah menjaga hubungan baik dengan mereka dengan cara menjunjung tinggi otoritas para spirit.

Kejayaan masa Yunani ditandai oleh pemikiran dari tiga filsuf besar: Socrates, Plato, Aristoteles; walau masih dipengaruhi pemikiran-pemikiran masa sebelumnya (masa Yunani Kuno).

Masa Yunani Kuno (Cosmological Period)
Adalah masa transisi dari pola pikir animisime ke awal dari natural science.

Penentu aktivitas manusia adalah alam atau lingkungan. Pada masa ini perilaku manusia berusaha diterangkan melalui prinsip-prinsip alam atau prinsip yang dianalogikan dengan gejala alam.

Ada 5 orientasi : naturalistic, biological, mathematical, eclectic, dan humanistic.

1. Naturalistic :
adanya elemen dasar bagi penentu kehidupan. Contoh : Thales (air), Anaximenes (udara).
Ide ttg permanence vs change dari zat yang dianalogikan kepada aktivitias manusia, menimbulkan ide ttg jiwa
Pola pikir deduktif : generalisasi gejala alam pada perilaku manusia
2. Biologic :
Mengangkat posisi manusia di atas gejala alam yang lain, memisahkan proses-proses pada manusia dari proses-proses yang ada pada mahluk lain di alam.
Proses-proses fisiologis primer untuk menjelaskan perilaku manusia
Tokoh : Hippocrates, Alcmeon, Empedocles.
3. Mathematical :
Pendekatan yang melangkah lebih jauh dari dasar dunia fisik, mengarahkan pada hal-hal yang logis tapi abstrak, merupakan bekal bagi kekuatan reason.
4. Eclectic :
Menentang ide adanya suatu prinsip dasar dan ‘kebenaran umum’. Idenya sangat mendasar berbeda dari orientasi lainnya.
Menekankan pada informasi sensoris, sangat operasional dan praktis
Sikap ilmuwan harus skeptik
Tokoh : The sophists- universal lecturers
5. Humanistic :
Fokus : rationality & intentionality. Ratio adalah penentu kehidupan manusia beserta segala konsekuensinya. Tokoh utama : Socrates.
Tokoh penerus Socrates : Plato & Aristoteles

Ketiga tokoh tersebut : search for framework of human knowledge. Peletak dasar bagi kerangka pikir tipikal barat : rational, logic, objective.
Disebarluaskan oleh Alexander Agung (murid Aristoteles) melalui ekspansi militer.

AKHIR MASA HELLENISTIC
Pendekatan natural science dari Aristoteles disebarkan oleh muridnya, Alexander the Great melalui ekspansi militer sampai ke daerah Timur.
Bersamaan dengan itu mulai juga masuk pandangan belahan dunia Timur ke Barat, terutama Persia, India, dan Mesir.
Dengan runtuhnya kekuasaan Alexander the Great, pengaruh timur ini semakin kuat, ditandai dengan menguatnya pandangan spiritualitas menggantikan naturalisme.

MASA ROMAWI

1. Konteks sosial :

* Pemerintahan kekaisaran romawi yang mendunia dengan tertib administrasi kependudukan yang kuat serta jaminan akan ketentraman sosial.
* Pemikiran tentang manusia dan alam menjadi lebih pragmatis, spesifik dan spesialis. Bangsa Romawi lebih tertarik pada ilmu pengetahuan yang teknikal dan aplikatif, seluruhnya diarahkan untuk memperkuat dominasi kekaisaran Romawi.
* Ide-ide dan pemikiran tentang manusia berkembang subur, bahkan juga ide-ide ketuhanan

2. Pengaruh bagi perkembangan pemikiran tentang manusia:

* Filsafat yang berkembang memiliki konteks yang lebih terbatas dan spesifik, serta tampak dalam bentuk yang nyata, misalnya ritual religi masyarakat Romawi.
* Fokus yang dibicarakan :
o dikotomi aktif-pasif, apakah jiwa (yang menggambarkan manusia) adalah unsur yang aktif dan mandiri terhadap lingkungan ataukah unsur yang pasif dan hanya bisa memberi reaksi.
o dikotomi passion - reason
o manusia dipandang sebagai makhluk yang kehidupannya didorong oleh usaha untuk mencari cara ‘menguasai’ keinginan fisik melalui penolakan dunia materiil dan mencari kebenaran dalam alam dan Tuhan (Neoplatonism)
* Pengaruh pada pemikiran tentang. nilai moral.
* Pemikiran pada masa Romawi memberi jalan bagi berkembangnya kekristenan.

PENGARUH KEKRISTENAN

1. Konteks sosial :

* masa penyebaran agama Kristen dengan tokoh Yesus sebagai perwujudan “manusia sempurna” beserta perilakunya yang harus jadi teladan.
* paham Tritunggal yang mengandaikan x=3x
* gereja dan para ulamanya berperan penting dalam masyarakat
* peran gereja menjadi dominan dalam perkembangan intelektualitas di masyarakat, banyak cendekiawan berlatar belakang ulama.
* secara gradual, gereja menjadi penentu nilai di masyarakat dan berhak melakukan sensor atas tulisan atau ide yang muncul. Gereja juga adalah penyelenggara pendidikan moral. Peran gereja dirasakan kurang memuaskan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, maka muncul universitas-universitas di Eropa yang menawarkan kebebasan berpikir secara lebih luas. Terjadi pertentangan antara gereja dan masyarakat.

2. Pengaruh pada pandangan mengenai manusia :

* Manusia bukan hanya physical being, tetapi juga spiritual entity. Aspek spiritual tidak diatur oleh hukum alam. Jiwa manusia (soul) ada pada dunia yang tidak nyata (intangible), tidak dapat dibuktikan dengan mata, dan eksistensinya hanya dapat dibuktikan lewat percaya (iman).
* Menempatkan ide Plato dalam konteks kekristenan
* Usaha untuk menjelaskan hubungan antara body and soul sebagai suatu dualisme, bukan sst yang harus dipertentangkan, body dan soul masing-masing memiliki fungsi tersendiri.
Prinsip-prinsip Etika Penelitian Ilmiah

Etika berasal dari bahasan Yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari aspek etimologis memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku
dalam masyarakat. Menurut pandangan Sastrapratedja (2004), etika dalam konteks filsafat merupakan refleksi filsafati atas moralitas masyarakat sehingga
etika disebut pula sebagai filsafat moral.Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas yang dihayati masyarakat, etika juga membantu kita
untuk merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan yang dinamis dalam tata kehidupan masyarakat.
Sedangkan etika dalam ranah penelitian lebih menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian.

Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip etika
penelitian. Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau membahayakan subyek penelitian,
namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan (Jacob, 2004).

Etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat empat prinsip utama yang perlu dipahami oleh pembaca, yaitu: menghormati harkat dan
martabat manusia (respect for human dignity), menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and confidentiality), keadilan
dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness), dan memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits)
(Milton, 1999; Loiselle, Profetto-McGrath, Polit & Beck, 2004).

Prinsip pertama, peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki
kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).

Prinsip kedua, setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat
terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi. Sedangkan, tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain,
sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam aplikasinya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik
nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau identification number) sebagai pengganti identitas responden.Prinsip ketiga, prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian.

Beberapa Alasan Ilmu Membutuhkan Filsafat

Di zaman Plato, bahkan sampai masa al Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi semua ilmu. Tetapi perkembangan daya pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam perkembangannya, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian filsafat bahkan seolah lebih sempit dibandingkan dengan masa awal perkembangannya, dibandingkan dengan
wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan ole manusia. Sebab manusia hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang sulit “dibumikan”. Padahal sebenarnya filsafat masih relevan untuk dipelajari karena ilmu membutuhkan filsafat.
Berikut beberapa alasan mengapa ilmu membutuhkan filsafat.
  1. Ilmu telah menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis.Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia mempelajari gejala-gejala sosial lewat observasi dan eksperimen. Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen sendiri, dapat didorong oleh keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran filsafat yang cenderung Spekulatif ke dalam bentuk ilmu yang praktis.
  2. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan lanjutan sistem pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat kemudian dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi. Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan sepanjang pemikiran, sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan yang koprehensif, yakni; yang luas, yang umum dan yang universal (menyeluruh) dan itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu.
  3. Aktivitas dan ilmuwan itu sama, yakni menggunakan aktifitas berpikir filosof. Berdasarkan cara berpikir seperti itu, maka hasil kerja filosofis dapat dilanjutkan oleh cara kerja berfikir ilmuwan. Hasil kerja filosofis bahkan dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu. Namun demikian, harus juga diakui bahwa tujuan akhir dari ilmuwan yang bertugas mencari pengetahuan, dapat dilanjutkan oleh cara kerja berpikir filosofis.
  4. Ilmu memiliki tugas melukiskan, sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan. Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta. Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu, dari mana awalnya dan akan ke mana akhirnya.
  5. Filsafat yang sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science) dapat menjadi pembuka dan sekaligus ilmu pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu sebab filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu. Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu cabang ilmu yang lepas dari filsafat atau serendahnya tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang disebut sebagai filsafat pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu cabang yang disebut sebagai filsafat ilmu.